No.Peserta: 358
Dirinya terus menatapi cermin yang sudah lusuh itu, sekali lagi ia mengepakan sayapnya, WUSH! Terdengar kepakan kedua sayap cantiknya sedang beradu.
Wajahnya sembab,mungkin karena menangis semalaman, atau berminggu-minggu? Entahlah,ia tidak pernah menceritakan hal itu pada siapapun- ia tidak punya teman.
“Ada apa dengan diriku? Mengapa sayapku tidak berkilauan seperti peri lain?” Ia menangis sesunggukan di kamarnya.
Namanya Haffley,ia salah satu peri di Taman Bunga Edelwais, sebenarnya ia sangat cantik juga manis, tapi sayangnya sifat buruknya membuatnya ia tidak punya teman, Ia mempunyai sayap berwarna Hitam legam yang membuat penampilannya tampak jelek dan kusam, sayapnya juga tidak mempunyai kilauan yang bersinar seperti peri-peri lain, ia tampak hitam,kelam dan gelap.
Sore itu saat istirahat di sekolah peri, para peri bercanda tawa satu sama lain, sedangkan Haffley? Hanya melongo mendengarkan obrolan mereka. Untungnya tampak Peri Luwi menghampirinya, setidaknya ada satu orang yang masih peduli dengannya.
“Hai Haffley, Kau tampak sedih. Uhm.. Aha! Aku bawa biskuit madu, kau mau? Kau boleh ambil semuanya, aku masih bawa banyak kok” Kata peri Luwi dengan logat cerianya.
“Makan saja sendiri. Aku tidak suka biskuit” Jawab Haffley dengan enaknya, ia tak sadar kalau-kalau ia telah melukai perasaan Luwi.
“ Oh.. yasudah aku balik ke mejaku dulu,nanti kalau kau berubah pikiran,ke mejaku saja yaa” Luwi tetap tersenyum,walaupun Haffley telah bersikap buruk padanya.
Teman-teman Luwi menatapi Haffley dengan pandangan tajam, Haffley hanya menunduk malu atas perlakuannya pada Luwi, sebenarnya ia lapar juga, ia juga suka biskuit apalagi madu? Hanya karena gengsi yang tinggi ia membiarkan perutnya keroncongan...
Siangnya hujan. Haffley terdiam melihat ke arah jendela “SIAL! KENAPA RATU HARUS MENURUNKAN HUJAN SIH,AKU KAN TIDAK BAWA PAYUNG!” Ia mengoceh sebentar, lihat betapa sialnya dirinya hari ini.
“Haffley? Kau belum pulang? Kau tidak membawa payung atau kau menunggu pelangi?” Sekali lagi Luwi menegurnya.
“Aku.... aku hanya... ingin berdiam di kelas saja kok,aku bawa payung sih, tapi aku sedang malas pulang” Haffley berbohong,lagi-lagi gengsi.
“Kau yakin? Kalau aku mau keluar. Aku ingin bermain di pelangi yang baru muncul itu, enak lho.. disana banyak peri tinker yang akan membagikan cokelat dan permen lolli, Lagi pula disana banyak teman-teman yang lain kok”
“Sudahlah,kalau mau pergi ya pergi saja! Jangan ajak aku! Sudah sana” Jawab Haffley kesal.
Luwi meninggalkan ruangan kelas tanpa berkata apa-apa. Ia hanya menengok dan melontarkan senyum kecil kepada Haffley, ia tau Haffley gadis yang baik,hanya saja ia terlalu malu untuk bermain di pelangi, disebabkan karena sayapnya!
Haffley termenung sendirian di ruang kelas, sesekali ia menengok di jendela,
Betapa bahagianya teman-temannya... berseluncur diantara warna-warni pelangi....
Ia makin tenggelam dengan kesendiriannya, “aku harus pulang!” kata Haffley dalam hati kecilnya.
Haffley kecil pulang meninggalkan sekolah, karena kelelahan ia berteduh sebentar di kursi yang terletak di tengah taman Edelwais.
“Hai,kau Haffley kan?” Tanya pelan ‘suara’ yang tak dikenalnya
Haffley terbangun dari lamunannya di kursi taman itu, “Siapa disana?” Katanya sambil menengok (mencari) sumber suara itu.
“Aku disini” Tampak peri tinker yang kecil meloncat berdiri di atas lutut Haffley.
Haffley terperangah, baru kali ini ada peri Tinker yang mau berbicara dengannya.
“Kau cantik, tapi sayapmu hitam, Apa yang terjadi?” Peri Tinker terbang ke atas bahu Haffley,dan mengelusnya sedikit.
“Aku.. Aku..” Haffley kaku, mungkin karena ia tak terbiasa berbicara dengan peri lain sedekat ini.
“Apa masalahmu? Aku bisa dijadikan teman curhat kok” Ia tersenyum sambil sedikit tertawa, giginya yang tampak seperti kelinci,membuatnya semakin imut.
“Sayapku, ia tidak pernah berkilau seperti sayap peri lain, ini membuatku sangat malu juga sedih” Haffley menunduk dan menahan air matanya,di dunia peri memang aspek sayaplah yang selalu dibanggakan juga dipamerkan
Peri Tinker mengusap pipi Haffley sekali lagi “Kau gadis yang cantik juga manis, untuk apa kau membutuhkan kilauan sayap itu?”
“Aku malu, aku merasa sangat tidak normal. Gadis seusiaku seharusnya mempunyai kilauan sayap yang indah bahkan mempesona! Bantulah aku peri tinker... kumohon” Kata Haffley
Peri Tinker tersenyum kecil “Kalau kau ingin mempunyai kilauan pada sayapmu,kau harus berubah menjadi lebih baik, kau harus menjadi peri yang ramah”
Haffley terbangun, JLEB! TERNYATA HANYA MIMPI! Ia tertidur di kursi taman sejak pulang sekolah tadi, Haffley lalu bangun dan meneruskan perjalanan untuk pulang.
Sekali lagi ia menatapi tubuhnya di cermin, kali ini dengan sangat detail. Ia melihat ada setitik cahaya di sayap kirinya. Tiba-tiba ia teringat akan mimpinya tentang peri Tinker.
“Kau harus berubah menjadi lebih baik,kau harus menjadi peri yang ramah”
Haffley melemaskan dirinya di tempat tidur. Ia bertekad “Aku harus bisa berubah! Ya harus bisa!”
Besoknya Haffley bangun sebagai pribadi yang baru, ia terlihat lebih rapih,ceria dan tidak lupa ia menyisipkan payung pada tas ranselnya.
Di jalan Haffley bertemu dengan Peri Puffle, Haffley biasa mengejeknya si gendut. Sebenarnya badannya tidak gendut, hanya sedikit berisi.
“Haloo gendu.....” Haffley memutuskan omongannya, entah kenapa setiap ia hampir melakukan hal buruk,bayangan Peri Tinker terus melayang-layang di atas kepalanya.
“Halo Puffle, kau ingin kesekolah juga kan? Kita bareng saja ya jalannya hehehe” Haffley tersenyum kecil sambil merangkul erat bahu Puffle.
Puffle celingukan, jarang-jarang Haffley bersikap ramah padanya.
Di kelas pun Haffley berubah menjadi anak yang baik,dan sangat aktif mengikuti pelajaran, Hati Luwi tersenyum,ia senang melihat Sahabatnya bisa berubah.
Pulang sekolah terjadi hujan lagi, yap seperti kemarin. Tapi Haffley tetap menunggu di kelas, ia kan bawa payung? Ia memang sengaja menunggu pelangi itu muncul lagi, ia ingin terbang. Kali ini,tidak peduli sayapnya berkilau atau tidak.
15 menit kemudian, hujan menjadi rintik-rintik, tanda hujan sudah mereda. Peri Luwi menghampirinya lagi.
“Hai Haffley,Apa kau mau keluar? Hari ini ada pelangi lagi lhoo!” Seperti biasa, Luwi menanyakannya dengan logat cerianya sekaligus dengan tampang polosnya itu.
Haffley mengangguk pelan sekaligus membalas senyum pada Luwi, ia baru menyadari Luwi memang sahabatnya. Ya SAHABAT. Yang tidak pernah disadari olehnya.
Keduanya terbang melintasi pelangi itu, betapa senangnya Haffley, sayapnya memunculkan binar-binar cahaya laksana kilau berlian,bahkan sayapnya lebih berkilau dari pada sayap peri-peri lain.
“Luwi, maaf atas perlakuanku padamu waktu itu, Aku sangat-sangat menyesal, Maukah kau menjadi sahabatku?” Haffley memegangi kedua tangan Luwi
“Tentu” Luwi tersenyum lalu keduanya saling berpelukan
Ya,walaupun sayap Haffley hitam legam seperti arang, setidaknya kilauan dan hatinya sudah berkilau layaknya berlian..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H