Teringat beberapa waktu lalu kisah saya dengan si sulung, gadis satu-satunya.
Karena dia melakukan kesalahan otomatis sebagai orang tua yang melihatnya langsung saya tegur. Tapi setelah itu saya menyesal karena spontan menegurnya tanpa berpikir lebih dulu. Setelah saya tegur wajahnya langsung berubah sembab menahan tangis lalu lari ke kamar.
Saya biarkan dia meluahkan emosinya di kamar. Tak lama dia pamit keluar sambil membawa mushaf Qurannya. Saya minta 2 adiknya untuk mengikuti sang kakak. Tak lama 1 adik kembali sambil melaporkan bahwa kakaknya menyepi ke masjid lalu tilawah tanpa henti. Dibujuk pulang dia menolak, nanti saja setelah maghrib katanya.
Si adik saya suruh bawakan makanan untuknya. Tapi dia menolak kata si adik, masih marah dan tidak lapar. Akhirnya makanan dimakan si adik yg bolak balik ternyata membuatnya lapar :D
Setelah maghrib sulung pun kembali ke rumah dengan wajah yang lebih tenang. Setelah itu saya ajak bicara dia di kamar, dari hati ke hati between mom and daughter.
Saya biarkan dia meluahkan isi hatinya sekaligus kekesalannya pada saya. Saya biarkan dia ungkapkan sampai puas dan saya menahan diri sambil mendengarkan hingga selesai.
Setelah itu giliran saya yang menjelaskan kenapa dia harus ditegur. Sebagai ibu saya juga tidak malu minta maaf padanya atas cara teguran saya yang tidak berkenan di hatinya. Kami pun mengakhiri drama tersebut dengan sebuah pelukan hangat.
Ibu, ayah .. anak remaja kita hanya ingin di dengar, ingin dianggap dewasa dan ingin kehadirannya dianggap penting. Pada usia tersebut egonya sedang meluap maka menahan diri saat emosi adalah lebih baik. Sebab dia sedang menuju fase terberat dalam hidupnya.
Mengapa saya katakan fase terberat? Masa remaja adalah masa perpindahan dari anak-anak menuju dewasa yang memerlukan perubahan fisik dan psikis. Oleh karena itu perlu pendampingan yang intens.
Saya hanya tidak ingin anak-anak menyimpan beban atau penyakit psikologis hingga mereka dewasa. Beban atau penyakit psikologis inilah yang bisa menjadi inner problem di masa depan jika si anak tidak bisa menyuarakan apa yang ada di hatinya.
Orang tua sebaiknya tidak malu meminta maaf pada anak jika melakukan kesalahan. Ego sebagai orang tua yang merasa sudah pengalaman sebaiknya juga dihilangkan. Sebab hal tersebut hanya akan membuat jarak antara kita dan anak semakin jauh. Jika sudah jauh semakin lama kita akan kesulitan merengkuh hati anak-anak kita.