Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menemukan Kebaikan di Jalanan yang Menyebalkan

23 Februari 2019   15:54 Diperbarui: 23 Februari 2019   21:15 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa pun akan mengakui bahwa tinggal di Jakarta sinonim dengan mengucapkan 'selamat datang' kepada segala hiruk pikuk kemacetannya yang menyebalkan.

Mengutip Sosonia, seorang youtuber yang pernah membahas tentang how to survive Jakarta: "the city is a mess, chaotic, and overwhelming.But it's alive, it's my home. You dont fix the mess, you only learn how to see it differently."

Yap, saya sepakat. Daripada terkungkung dengan kestressan merasa seakan terjebak di kota ini, saya memilih untuk bersahabat dengannya. cara sederhananya adalah, saya mengusahakan setiap akhir pekan untuk menjelajah. Entah museum, taman kota, workshop tertentu, atau sekadar menyesap kopi nikmat di segala penjuru Jakarta. Melihat rutinitas akhir pekan saya menjelajah dari Barat ke Selatan atau dari Depok ke Jakarta Utara, seorang teman sempat bertanya dengan penuh nada heran.

"Kamu ga stress lihat jalanan Jakarta? Apa sih yang bisa dinikmati?"

Apa. Yang. Bisa. Dinikmati. Dari jalanan Jakarta yang streotypenya sudah sangat menyebalkan ini.

Jawaban saya: kebaikan hati.

Entah dengan naik ojek online, KRL, atau Transjakarta saya menemukan banyak pemandangan yang menghangatkan hati dan seketika menghapus sesuatu yang disebut: "stress" itu.

Misalnya, ketika menyaksikan seorang polisi menepuk pundak pengendara motor yang sedang berhenti di pinggir jalan. Entah usai tilang atau bagaimana persisnya, pemandangan itu menyenangkan untuk mengingatkan bahwa figur polisi pun akhirnya adalah manusia. Seorang manusia yang punya kebaikan hati dan kepedulian.

Di lain waktu saya menangkap peristiwa kecil seorang anak kecil menggandeng laki-laki paruh baya, dengan sebuah gestur kedekatan yang tulus. Lalu entah apa percakapan di antara mereka, sang anak mengarahkan pandangannya ke sang ayah dengan penuh antusias. Ibarat seseorang yang baru saja dijanjikan mainan baru.

Ada banyak sekali tindakan-tindakan kecil yang menghangatkan hati ketika saya memaksa diri untuk 'keluar'. Satu yang saya rasa paling istimewa adalah ketika saya sekadar berjalan ke taman di dalam komplek kost. 

Di sebuah belokan gang terjadi sedikit keributan. Saya memelankan langkah untuk memperhatikan dengan seksama. Di samping mobil hitam yang berhenti itu ada beberapa anak kecil berjalan setelah bermain bola, seorang supir ojek online yang dapat ditengarai dari jaket yang ia kenakan, dan dua bapak tua warga setempat.

Skenario yang saya asumsikan saat itu adalah, mobil itu menyenggol motor yang sedang parkir di bahu jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun