"Emang bagus banget filmnya?" begitu tanya pacar saya ketika sejak minggu lalu saya ajak dia menonton Kulari ke Pantai yang tayang perdana tanggal 28 Juni. Saya pun dengan lugas menjawab "aku ga tahu persis, tapi aku harus nonton ini. Aku sih yakin sama garapannya Mbak Mira Lesmana. Kalau kamu ga mau ikut, aku nonton sendiri bisa kok!" nada saya agak kesal.Â
Film ini siapa sangka nyaris menjadi sepasang kekasih bertengkar. Eh anyway, bukan kisah itu topik utamanya.
Kemarin akhirnya saya menonton film yang rasanya saya nanti sejak lama melalui instagram story mbak Mirles. Oh iya, tulisan ini tidak sedikitpun berafiliasi secara komersil (bahasa lain: endorse berbayar), namun menurut saya, film ini sangat layak untuk direkomendasikan karena 7 hal ini.
1. Indonesia banget!
Jika Anda pikir ini soal alamnya saja, maka Anda hanya setengah benar. Ada dua aspek yang menurut saya sangat Indonesia banget dari film ini. Pertama, seperti tebakan Anda, adalah bagaimana film berdurasi 1 jam 52 menit ini menyodorkan berbagai spot atau tempat cantik di kisaran Jawa Timur.Â
Keindahan alam yang disajikan juga tidak melulu tentang destinasi wisata namun juga sepanjang perjalanan 1000 kilometer dari Jakarta ke Banyuwangi. Sawah yang tersaji di kanan dan kiri jalan raya, menurut saya itu Indonesia banget.Â
Hal kedua yang saya masukkan kategori "Indonesia banget" adalah tentang orang-orangnya. Misalnya adegan ban bocor dimana Marsha Timothy yang memerankan Mama Uci berhenti kemudian ditolong warga sekitar.Â
Saya sendiri amat terkesan dan mengapresiasi adegan ketika mobil mogok dan warga "Cak Nori" yang amat sederhana berkenan yang menolong dan menyediakan suguhan air putih. Ini Indonesia. Banget. Kesediaan untuk menolong terlepas segala keterbatasan, dan bagaimana hal sesederhana air putih menjadi bukti kebaikan di banyak sudut nusantara ini.
2. Sarat Pesan Tersirat
Keluar dari bioskop, pacar saya (iya, kami jadi nonton berdua) memberi kesan bahwa sebagian besar pesan tersampaikan dalam bentuk tersirat dibandingkan tersurat. Kemudian saya mengingat ulang film Petualangan Sherina, dan sepertinya lebih banyak pesan tersurat di film itu daripada film garapan Mirles kali ini. Saya setuju, akhirnya pada pendapat rekan menonton saja. Namun, itu tidak mengurangi sedikitpun sisi bagus film ini.Â
Catatannya mungkin adalah penonton cilik harus ditemani orang tua mereka yang juga perlu menyediakan waktu untuk menjelaskan. Saat nonton kemarin, di samping kanan saya ada satu keluarga, dan di beberapa adegan sang bungsu laki-laki sesekali bertanya ke ayahnya. Dengan amat sabar sang ayah berusaha menjelaskan tanpa menganggu ketenangan penonton lain. Semacam peristiwa menghangatkan hati, bagi saya sendiri.Â
Banyak pesan tersirat yang bisa dipetik jika kita jeli dan satu pesan tersurat yang seketika membuat saya ingin tepuk tangan saat itu juga, yakni tentang pentingnya bahasa Indonesia. Contoh persisnya gimana sih? Lihat sendiri dong!
3. Alur mengalir dengan konflik yang alami
Sebenarnya saya sedikit berasumsi bahwa akan ada penculikan dan sebagainya sebagai konflik. Mungkin lagi-lagi terbayang film Petualangan Sherina. Namun, semua konflik yang terjadi adalah masalah-masalah yang memang kerap ada di kehidupan sehari-hari.