Mohon tunggu...
elleneudora
elleneudora Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaksimalkan Keragaman Siswa Untuk Mencapai Target Kurikulum Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

4 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 4 Januari 2025   13:52 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Indonesia, keragaman siswa dalam sekolah menjadi tantangan besar bagi para guru untuk mencapai target kurikulum yang sudah ditetapkan. Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda, gaya belajar, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda juga, yang tentunya mempengaruhi bagaimana mereka memahami pelajaran (Tresna Wati et al., 2023). Untuk menanggapi keberagaman ini, pemerintah melalui Kurikulum Merdeka, memberikan kebebasan kepada guru untuk mengadaptasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Kurikulum ini mendorong adanya Pembelajaran Berdiferensiasi, dimana guru bisa menyesuaikan materi dan metode sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun pada kenyataannya, menerapkan pendekatan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk memenuhi target kurikulum bukanlah hal yang sederhana (Supriana et al., 2024).

Tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya di sekolah serta kurangnya pelatihan untuk guru agar bisa menjalankan metode ini dengan efektif. Banyak guru yang menghadapi kendala dalam mencari cara yang tepat untuk menyeimbangkan kebutuhan siswa yang beragam dengan pencapaian target kurikulum. Di sisi lain, pembelajaran berdiferensiasi memang didukung oleh berbagai teori Pendidikan yang menunjukkan manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan belajara individu siswa, Esai ini akan membahas lebih lanjut tentang isu terkini terkait pembelajaran berdiferensiasi, teori-teori yang mendukung pendekatan ini, serta berbagai strategi praktis yang dapat membantu guru dalam mencapai target kurikulum di tengah keberagaman siswa. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan setiap siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan dan gaya belajarnya masing-masing.

Dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang semakin pesat, tantangan di dunia Pendidikan juga ikut bertambah. Di Indonesia, salah satu tantangan besarnya adalah bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang bisa menerima dan menghargai perbedaaan, sehingga semua siswa dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya merasa diterima dan dihargai. Keberagaman ini membuat kebutuhan akan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan adaptif menjadi sangat penting. Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran berdiferensiasi memberikan ruang bagi guru untuk menyesuaikan metode mengajar mereka, sehingga bisa lebih relevan dengan kemampuan, kebutuhan dan gaya belajar setiap siswa (Kurniasari et al., 2024). Dengan cara ini, guru diharapkan mampu memberi kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.

Masalah keterbatasan waktu dan kondisi kelas menjadi salah satu tantangan dalam penerapan pendekatan ini. Akibatnya, target kurikulum yang telah ditetapkan kadang-kadang sulit untuk dicapai. Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan angin segar bagi dunia Pendidikan di Indonesia. Melalui kurikulum ini, guru mendapatkan lebih banyak kebebasan untuk mengatur cara mengajar mereka agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena itu, tantangan ini mendorong guru untuk lebih kreatif dalam mencari Solusi agar pembelajaran tetap berjalan efektif, meski dengan berbagai keterbatasan yang ada.

Teori belajar konstruktivis, seperti yang dijelaskan oleh Vygotsky, mengajarkan bahwa siswa akan lebih mudah memahami pelajaran jika mereka bisa membangun pengetahuan mereka sendiri lewat interaksi dengan lingkungan sekitar (dalam Tohari & Rahman, 2024). Dalam pendekatan ini, pembelajaran berdiferensiasi berperan besar karena membantu siswa menggali pemahaman mendalam dengan memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Selain itu, Taxonomy Bloom menjadi landasan kuat untuk merancang pembelajaran berdiferensiasi. Dengan menggunakan taksonomi ini, guru dapat membuat tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Tingkat kemampuan siswa yang beragam (Gunawan & Paluti, 2017). Hal ini memungkinkan tugas-tugas yang diberikan tetap menantang, namun dapat disesuaikan dengan kemampuan individu setiap siswa. Dengan begitu, setiap siswa bisa mencapai pemahaman yang lebih baik dan mendalam terhadap materi yang dipelajari karena tugas yang diberikan dibuat sesuai dengan kemampuan mereka.

Dalam menghadapi keberagaman karakter, gaya belajar, kemampuan dan kebutuhan siswa, guru perlu menggunakan strategi yang efektif untuk mengoptimalkan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah pembelajaran berbasis projek atau Project Based Learning. Melalui metode ini, siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan mempresentasikan pemahaman mereka dengan cara yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Misalnya siswa yang mempunyai gaya belajar audio-visual, maka dapat membuat video pembelajaran yang interaktif. Pendekatan ini tidak hanya membuat siswa lebih aktif dan terlibat dalam pembelajaran, tetapi juga memberi mereka ruang untuk belajar sesuai dengan bakat mereka masing-masing. Selain itu, guru dapat menerapkan pembelajaran Student Centered Learning, dimana pembelajaran berpusat di siswa dan siswa belajar secara mandiri melalui materi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Tetapi guru tetap menjadi fasilitator untuk mendukung proses pembelajaran.

Asesmen juga menjadi alat yang sangat berguna dalam memahami perkembangan dan hasil akhir setiap siswa (Al Ishaqi & Triyana, 2024). Asesmen ini memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik kepada siswa, sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana kemajuan masing-masing siswa dalam memahami materi. Dengan adanya evaluasi berkala ini, guru dapat menyesuaikan kembali pendekatan pengajaran mereka agar lebih efektif. Asesmen juga membantu guru mengidentifikasi materi mana yang masih belum dipahami oleh siswa, strategi pembelajaran mana yang perlu diperbaiki dan memberikan dukungan tambahan pada siswa yang membutuhkannya, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai target kurikulum

Namun menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentu tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala utamanya adalah keterbatasan waktu yang dimiliki guru, terutama dalam merancang metode dan materi yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. Selain itu, banyak guru juga memerlukan pelatihan berkelanjutan agar lebih siap dan paham dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran berdiferensiasi ini. Tanpa adanya pelatihan yang memadai, penerapan metode ini bisa kurang maksimal.

Oleh karena itu, dukungan dari sekolah dan pemerintah sangat diperlukan untuk membantu para guru dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi (Diarera & Budiarti, 2022). Dengan dukungan yang diberikan baik berupa fasilitas maupun pelatihan, guru akan lebih siap dalam menjalankan metode ini. Harapannya, dengan kolaborasi yang kuat antara guru, sekolah dan juga pemerintah, pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dengan lebih optimal, sehingga setiap siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Keberagaman yang ada di antara siswa membuat pembelajaran yang fleksibel dan adaptif menjadi semakin penting, dan pembelajaran berdiferensiasi hadir sebagai salah Solusi yang tepat dalam Pendidikan di Indonesia saat ini. Melalui pendekatan ini lah, guru bisa menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan setiap siswa, sehingga mereka tetap bisa mencapai target kurikulum telah ditetapkan. Walaupun masih ada kendala seperti keterbatasan waktu dan kondisi siswa, maka diharapkan guru, sekolah dan pemerintah bisa mendorong penerapan pembelajaran berdiferensiasi secara lebih luas dan efektif. Pendekatan ini tidak hanya mendukung perkembangan kognitif siswa, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, dimana setiap siswa merasa dihargai dengan beragamnya latar belakang mereka. Dengan begitu, pembelajaran berdiferensiasi bisa menjadi langkah awal menuju system Pendidikan yang lebih relevan dan adaptif terhadap kebutuhan Masyarakat Indonesia di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun