Kesehatan mental adalah kondisi batin manusia. Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenang sehingga memungkinkan kita untuk lebih menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, dan menikmati hidup. Perkuliahan daring adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah guna mengantisipasi penyebaran virus corona di kalangan masyarakat. Selain itu, perkuliahan daring merupakan kegiatan belajar mengajar dalam jaringan atau melalui gadget. Masa pandemi yang masih berlanjut saat ini membuat para mahasiswa harus terus menjalani perkuliahan secara daring, banyak di antara mahasiswa yang masih belum bisa beradaptasi dengan situasi ini.
Adanya kebijakan kuliah daring ini, membuat banyak dari mahasiswa mengalami gangguan kesehatan mental. Perkuliahan daring yang sedang dijalani mahasiswa dapat membuat mahasiswa merasa tertekan dan stress akibat tugas yang terlalu banyak. Hal ini disusul dengan berbedanya keadaan setiap rumah mahasiswa. Ada keadaan rumah yang terkadang tidak mendukung kegiatan kuliah daring karena suasana yang tidak kondusif, ada juga rumah yang tidak kondusif akibat orang tua yang terlalu strict juga membuat mahasiswa tidak maksimal mengikuti kuliah daring dan mengerjakan tugas sehingga berakibat terhadap nilai yang didapat tidak memuaskan dan membuat mahasiswa stress dan down akibat hal tersebut.
Ada dampak positif dan negatif dari perkuliahan daring ini, di antaranya:
Dampak Positif Kuliah Daring
Meskipun banyak pro-kontra yang terjadi, perkuliahan secara daring ini dapat menjadi kesempatan mahasiswa untuk mengatur waktu selama di rumah. Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk menjadi pribadi yang adaptif, menjadi pribadi yang lebih baik dalam beradaptsi, dan baik dalam hal mengatur waktu. Perkuliahan daring juga dapat menjadi ajang untuk dapat berlomba-lomba menjadi orang yang cepat beradaptasi dan gampang memahami keadaan.
Dampak Negatif Kuliah Daring
Di balik sisi positif, pasti selalu ada sisi negatif, hal negatif yang dirasakan mahasiswa di antaranya, kondisi rumah mereka yang terkadang tidak kondusif seperti harus menjaga adik, membantu orang tua di waktu bersamaan yang mahasiswa harus mengerjakan tugas yang banyak dan mengikuti meeting bersama dosen. Beberapa mahasiswa juga berpendapat tentang kurang mendukungnya ekonomi setiap keluarga, ada mahasiswa yang sulit untuk memenuhi fasilitas perkuliahan daring ini, seperti susah membeli kuota yang harganya juga tidak murah.
Ada juga yang tidak memiliki laptop untuk melaksanakan PJJ ini, akibat orang tua mereka yang terkena dampak pandemi yaitu di PHK. Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi beban yang cukup berat untuk mahasiswa sehingga tak sedikit dari mereka merasa sangat tertekan, stress, dan capek-- dalam artian capek dengan keadaan yang memaksa mereka harus siap dan capek menatap layar yang cukup lama yaitu kurang lebih 15 jam sehari. Mahasiswa juga berpendapat bahwa mereka sangat tertekan dengan semua hambatan yang timbul selama perkuliahan sehingga membuat beberapa dari mereka mengalami gejala-gejala gangguan kesehatan mental, seperti anxiety dan kecemasan yang berlebihan.
Berdasarkan dampak positif dan negatif di atas, solusi yang sekiranya dapat membantu, yaitu kita harus bisa belajar beradaptasi dengan baik terhadap segala keadaan yang ada selama pandemi ini. Maka dari itu, pihak kampus harus lebih memperhatikan kesehatan mental semua mahasiswa tanpa terkecuali, contohnya dengan memberikan wadah berekspresi bagi mahasiswa dengan begitu mahasiswa dapat terhindar dari segala gangguan mental dan dapat memberikan kenyamanan bagi tiap mahasiswa.
Selain itu, pihak kampus juga turut menyalurkan energi positif kepada mahasiswanya untuk menghindari kejenuhan perkuliahan daring ini karena dengan kurangnya energi positif yang didapat mahasiswa berpengaruh terhadap pembelajaran dan berujung pada menurunnya prestasi akademik.
Harapan yang diinginkan semua elemen masyarakat saat ini hanya berharap semua ini cepat berlalu dan tentu nya bukan insan yang baik kalau hanya pasrah akan keadaan saja, insan yang baik yaitu mereka yang mau berjuang menghadapi segala tantangan yang ada di depan mata, yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi di kemudian hari. Tidak terlepas dari itu, harapan bagi mereka yang harus menuntut ilmu dengan adanya keterbatasan sosial sehingga ada sebagian yang beranggapan sistem daring ini tidak efisien dan memberikan tekanan mental adalah semoga pembelajaran daring ini bukanlah akhir dari segala nya, yakinkan lah diri bahwa masih ada hari-hari baik menunggu di esok hari. Jangan biarkan kita terus dihantui dengan hal-hal negatif dan mulailah melatih emosi dan ketenangan pikiran dalam situasi yang menuntut kita untuk adaptif akan keadaan. Semangat dan berjuanglah demi kehidupan yang lebih cemerlang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H