Dalam paradigma film, dapat dikatakan bahwa film ini memiliki paradigma Fungsionalisme yang keadaannya sama yaitu mempertahankan status quo dan menghindari konflik (Astuti, 2022, h.20-21).
Sedangkan dalam Film Ini Kisah Tiga Dara (2016), Gendhis digambarkan sebagai seorang wanita independen yang sudah memiliki karir sebagai koki di hotel milik keluarganya.Â
Perbedaan kedua tokoh ini juga disesuaikan dengan keadaan pada masa itu. Tahun 1956 yang merupakan beberapa tahun setelah Indonesia merdeka masih menerapkan konteks perempuan yang bekerja di rumah. Sedangkan di tahun 2016 menunjukkan bahwa wanita bisa memiliki karirnya sendiri.Â
Namun, dalam segi Paradigmanya ada perbedaan yaitu Film Ini Kisah Tiga Dara (2016) menggunakan paradigma Fenomenologi. Hal ini dikarenakan Gendhis digambarkan sebagai seorang perempuan yang fokus karir karena memiliki pengalaman buruk dalam percintaan.Â
Paradigma Fenomenologi ini berupaya untuk menjelaskan suatu makna dari pengalaman hidup seseorang (Astuti, 2022, h.22).
Koreografi Musikal
Drama Musikal, film ini didominasi dengan adanya gerak dan lagu. Dominasi gerak dan lagu itu yang mencirikan sebuah film bergenre musikal (Astuti, 2022, h.30). Â
Sebagai sebuahDalam sebuah drama musikal, kualitas dari para Aktor tidak hanya dinilai dari bagaimana mereka menghayati karakter melalui dialog tetapi juga melalui bagaimana koreografi dan keharmonisan lagu yang mereka tampilkan.Â
Namun ada perbedaan antara kedua film ini.Â
Film Tiga Dara (1956) memberikan koreografi simple yang disesuaikan dengan keklasikan pada masa itu. Terlihat ada kesan seorang perempuan yang masih berperilaku anggun.