Mohon tunggu...
Ella Pipin
Ella Pipin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Batas antara Halal, Haram, dan Keraguan

26 Februari 2018   15:29 Diperbarui: 26 Februari 2018   15:35 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari Zakaria bin Abi Zaidah dari al-Sya'bi berkata : saya mendengar Nu'man bin basyir berkata diatas mimbar dan ia mengarahkan jarinya pada telinganya, saya mendengar rasul SAW bersabda: halal itu jelas, haram juga jelas, diantara keduanya itu subhat, kebanyakan manusia tidak mengetahui, maka barang siapa menjaga diri dari barang subhat maka ia telah bebas untuk agama dan penghormatannya, barang siapa yang terjerumus dalam subhat maka ia seperti pengembala di sekitar tanah yang dilarang yang dikhawatirkan terjerumus. Ingatlah, sesungguhnya bagi setiap pemimpin daerah larangan.  Larangan Allah SWT adalah hal yang diharamkan oleh Allah SWT, ingatlah bahwa sesunggguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati (HR. Muttafaqun Alaih).

Konsumsi adalah kegiatan ekonomi dalam upaya memenuhi kepuasaan kebutuhan hidup. Produksi, konsumsi dan distribusi selalu berkesinambungan untuk meggerakkan roda perekonomian. Pelu kita ketahui konsumsi menurut pandangan islam adalah upaya memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani yang memaksimalkan funsgi kemanusiaan sebagai hamba Allah SWT. agar sejahtera dan bahagia dunia dan akhirat (falah). Untuk itu para muslim dituntun menjalankan sesuai syariat islam. Falah atau kebahagiaan umat didunia dan diakhirat yang meliputi material, spiritual, individual dan sosial merupakan nilai ekonomi tertinggi dalam islam. Tentunya banyak masalah yang dihadapi guna mencapai titik tertinggi tersebut. Hingga masalah yang dihadapi guna mencapai falah menjadi masalah terbesar dalam ekonomi islam. Sebenarnya falah dapat dicapai dengan produksi, konsumsi dan distribusi sesuai syariat islam. Hal ini mengacu pada fikih, mana yang halal, haram bahkan syubhat. Kita yang harus cermat tentang hal-hal yang telah ditetapkan. Kita juga tahu hal yang baik menurut islam adalah bentuk ibadah.

Berdasarkan al-quran dan hadis dijelaskan konsumsi yang halal, bermanfaat, baik, hemat dan tidak berlebihan. Sebab menurut islam tujuan konsumsi tidak hanya memenuhi kebutuhan tetpi juga untuk memaksimalkan maslahah. Maslahah adalah sesuatu yang diutamakan untuk kepentingan bersama. Kita juga harus bisa menerapkan hidup hemat, melakukan hal yang positif. Jadi tidak hanya perorangan saja yang bisa merasakannya tetapi juga bisa dirasakan seseorang bersama pihak lain. Selain maslahah, niat juga berperan dalam konsumsi islam. Bukan hanya memenuhi tetapi disertai niat agar supaya bernilai ibadah.  

Sedangkan sudah tertera dalam nash apa yang telah dihalalkan, diharamkan ataupun yang syubhat. Sesuai firman Allah swt. dalam surat Al Maidah 96 yang artinya: "Telah dihalalkan bagi kamu mengakap ikan dilaut dan memakannya untuk kesenangan bagi kamu, dan bagi orang yang berjalan (untuk bekal dalam perjalanan)".Sementara untuk binatang yang yang darat, tidak semua halal. Ini juga tertera dalam surat Al Maidah 1 yang artinya: "Telah dihallkan bagi kamu memakan an'am (unta, sapi kerbau dan kambing)"

Adapun yang haram menurut nash (1) himar jinak , (2) kedelai, (3) tiap-tiap yang mempunyai taring dari binatang buas, (4) tiap-tiap burung yang mempunyai kuku tajam. Rasulullah bersabda saw. Dari Djabir: "Pada perang Chaibar telah melarang Nabi besar saw memakan daging himar jinak" HR. BUKHARI dan MUSLIM. Binatang yang hidup di dua alam seperti katak, buaya dan kepiting haram dimakan. Yang menjadi pokok haramnya makanan ada beberapa perkara:

  • Nash dari Quran dan hadis. Ini sudah jelas tertera tinggal kita mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Karena disuruh membunuhnya. Yaitu: ular, gagak, tikus, anjing galak, dan burung elang
  • Karena dilarang membunuhny. Yaitu: semut, tawon, burung teguk-teguk, burung suradi.
  • Karena keji (kotor). Yang termasuk adalah kutu, ulat, kepinding, kutu anjing dan lain sebagainya.
  • Karena memberi mudarat. Diharamkan makan sesuatu yang bukan binatang apabila memberi mudarat kepada badan atau akal, seperti racun, candu (opium), arak, dan lainnya.                                                                                                                                                                                                                                                 Selain yang halal dan haram yang sudah jelas tertera dalam firman-Nya, ada pula perkara subhat yang menjadi kebu-abuan. Subhat sendiri adalah perkara yang tidak halal ataupun haram. Perkara ini berada ditengah-tengah diantara hala dan haram. Rasulullah saw bersabda: "Hai Ali, barang siapa yang memakan (makanan/minuman yang subhat, maka dia menjadi ragu dengan terhadap agama dan keyakinan hatinya akan menjadi gelap. Dan barang siapa yang memakan (makanan/minuman) yang haram maka hatinya akan mati, agamanya ringkih, keyakinannya akan melemah, Allah swt menghalangi doanya dan menjadi sedikit ibadahnya. Ternyata syubhat juga menimbulkan efek keraguan dalam hati dan mungkin juga sebuah doa belum dikabulkan oleh Allah swt. Bahkan perkara subhat dapat mengakibatkan terjerumus perkara haram. Hal ini membuat keimanan kita tidak akan sempurna. Selain itu kita juga tidak dapat merasakan kenikmatan hakiki dari esensi ibadah yang kita lakukan. Mungkin itu semua dampak dari barang syubhat yang kita konsumsi. Apalagi bercampur dengan barang haram yang jelas tidak boleh dimakan. Gambaran sederhana tentang subhat misalnya kita meminum air yang tergenang tanpa tahu kandungan yang terdapat didalamnya                    Dalam menghadapi kondisi ini islam menganjurkan sifat berhati-hati karena takut berbuat haram atau yang disebut denga wara'. Memang jika tidak tercantum dalam nash para ulama boleh melakukan ijtihad. Namun jalan yang terbijak adalah meninggalkan perkara subhat. Hal ini juga dapat menjaga kebersihan hati sebagaimana pejelasan rasulullah saw. Mengapa demikian? Karena hati adalah sumber lahirnya amalan. Jika hatinya bersih, amalan anggotanya pun begitu dan begitupun sebaliknya. Jika hati terbiasa dengan hal yang haram maupun subhat maka hilanglah kepekaan hatinya. Ibarat penduduk yang tinggal di lingkungan kumuh, mereka akan terbiasa dengan aroma tersebut seakan hilang kepekaan indra penciumannya.                                                                                                                                                                                                                                                        Ulama berkata: Barang siapa yang meninggalkan subhat berarti ia telah memelihara agama dan kehormatannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun