Cukup sering seseorang menghayal tentang kehidupan yg ideal menurutnya, disaat muncul perasaan ketidakpuasan terhadap hidup yang dajalani. tapi pernakah kamu berfikir tentang kemungkinan terburuk dari hidupmu? yang rasanya lebih pahit dari kenyataan, lebih sesak dari putus cinta, lalu tersadar bahwa kemungkinan itu bisa terjadi kapan saja, lantas apakah akan berteriak pada semesta untuk menolaknya? nyatanya itu akan sia2, memang  pahit itu sangat menyesakkan, tapi bukankah kehidupan sendiri sudah pahit? bukankah dunia memang tempatnya masalah dan cobaan yang bertubi-tubi? bukankah dunia hanya tempat persinggahan? jawabanya "iya" mau sekeras apapun usaha untuk senantiasa aman, dan bahagia, tetap saja terkadang seseorang akan menelan rasa pahit juga.
sebagaimana seni meminun secangkir kopi pahit, seseorang akan diberi peran untuk menilai rasanya, ada yg punya seni untuk menikmati pahitnya kopi dg cara menyukai aromanya, atau bahkan hanya melihat kopi sebagai minuman hitam sebagai lambang pahitnya kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H