[caption id="attachment_117784" align="alignleft" width="261" caption="Ilustrasi: Google Image"][/caption]
"Grow old with me! The best is yet to be" (Robert Browning)
Mungkin anda pernah membaca kalimat indah itu. Kalimat tersebut bila diartikan "Hiduplah hingga tua bersamaku. Yang terbaik akan datang." Kalimat penuh harapan dan keyakinan bagi setiap pasangan yang akan atau baru saja menikah. Harapan sekali saja menikah dan untuk selamanya. Ketika kita memutuskan untuk menikah dengan pasangan kita, impian memiliki pernikahan yang bahagia selamanya akan tertanam di benak kita.
Namun perjalanan membina rumah tangga tidak seindah yang kita bayangkan. Tak ada sesuatu di muka bumi ini berjalan sempurna. Pernikahan yang indah seperti melewati jalan bertaburan bunga yang harum mewangi. Namun di tengah perjalanan pernikahan, terkadang jalan yang kita lalui adalah lintasan penuh duri dan bebatuan yang tajam. Ibarat rumah semegah apapun, lama kelamaan tentu akan mengalami rusak dan bocor. Mobil semewah apapun, tentu akan mengalami lecet atau baret bila tidak dikemudikan dengan baik. Air setenang apapun, tentu akan ada riak dan gelombangnya. Demikian pula menjaga komitmen pernikahan. Bila tidak dijaga dengan baik, akan berujung pada kehancuran.
Tidak ada satupun pernikahan yang terbebas dari konflik. Meskipun dianggap suatu hal yang wajar dan sebagai bumbu pernikahan, namun jangan anggap remeh ketika kadar pertengkaran yang terjadi terus meningkat. Keadaan itu dapat menunjukkan adanya ketidakpuasan emosional pasangan. Terlepas kebutuhan suami dalam konteks hubungan fisik, isteri seringkali merasa sulit memuaskan pasangannya secara emosional. Karena ternyata memberi kepuasan secara fisik dan emosional yang seimbang sangatlah penting demi menjaga agar pasangan tidak berselingkuh.
Namun tak jarang, banyak pria memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia, memiliki isteri cantik, memiliki anak-anak yang lucu dan sehat, memiliki pekerjaan yang mapan, bahkan hampir jarang berkonflik dengan pasangan, namun semua itu tidak bisa menjamin ia akan setia terhadap pasangannya. Hampir setengah dari mereka yang berada dalam hubungan berkomitmen melakukan selingkuh pada beberapa titik perjalanan asmaranya. Dan yang mengejutkan, 98% orang memfantasikan orang lain di luar pasangan mereka. Apalagi dengan maraknya situs jaringan sosial seperti Facebook, orang akan lebih mudah untuk meliarkan fantasi mereka, baik secara maya ataupun dunia nyata.
Menurut Steve Stosny, terapis dan penulis, selingkuh tidak selalu terjadi ketika seseorang tidak bahagia dalam hubungan mereka. 80% selingkuh terjadi karena adanya kesempatan. Tidak perduli seberapa sering anda melakukan hubungan seks dengan pasangan atau anda berupaya membuang "kerikil" dalam rumah tangga anda. Pernikahan anda tetap berisiko untuk terjadi suatu perselingkuhan. Mencegah pasangan untuk tidak berselingkuh bukan dengan cara menjauhinya dari teman-teman lawan jenis, juga bukan membatasi aktifitasnya di dunia maya.
Agar pasangan terhindari dari perselingkuhan, pertama-tama mereka harus menerima kenyataan bahwa tertarik pada orang di luar pasangan adalah sesuatu yang wajar dan normal, demikian diungkapkan Peggy Vaughn, penulis "Myth of Monogamy".
Bila anda beranggapan bahwa pasangan anda akan setia selagi anda memiliki pesona kecantikan memikat atau memiliki daya tarik seksual yang tinggi atau anda memiliki kekayaan berlimpah, apakah semua itu dapat membuat pasangan anda bertahan untuk tetap setia kepada anda? Semua itu tidak bisa menjamin kesetiaan pasangan anda. Terbukti banyak selebriti dalam dan luar negeri yang tidak mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Memiliki paras cantik, harta berlimpah, ketenaran dan popularitas, ternyata bukanlah suatu hal yang menjamin pasangan mereka bertahan berada di sisi mereka.
Penampilan menarik ternyata hanya memiliki kadar kecil untuk menjamin keberhasilan suatu pernikahan. Ada 2 faktor lain yang menjadi kunci keberhasilan pernikahan, yaitu kepercayaan dan kecocokan. Menurut Jaya Ghosh, konsultan hubungan di India, menilai wanita berparas cantik belum tentu memiliki peluang yang cukup besar untuk bisa memikat pasangannya. Selain kecantikan, hal lain seperti cinta, kepercayaan, pengertian dan kecocokan lah yang akhirnya ikut berperan. Seberapa sukses suatu pernikahan, tergantung bagaimana anda mengatasinya. Tidak ada pernikahan yang sempurna. Setiap hubungan dalam pernikahan memang harus selalu diperjuangkan.
Berdasarkan penelitian Dr. Bill (Dr. Willard F. Harley, Jr), penulis buku "His Needs Her Needs, building an affair-proof marriage", pria (suami) dan wanita ( isteri ) memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar emosi sendiri (bisa sama dan bisa tidak sama), yang jika tidak dipenuhi, maka akan menjadi penyebab ketidakbahagiaan di dalam hubungan pernikahan mereka. 5 kebutuhan Dasar Emosi bagi Suami (Pria) dan Isteri (Wanita) tersebut adalah: 1. Isteri butuh Affection (Afeksi), sedangkan suami butuh Sexual Fullfilment (Pemenuhan Seksual); 2. Isteri butuh Conversation (Percakapan), sedangkan suami butuh Recreational Companionship (Partner rekreasi); 3. Isteri butuh Honesty & Opennes (Jujur dan terbuka), sedangkan suami butuh Attractiveness of Spouse (Pasangan yang menarik); 4. Isteri butuh Financial Support (Dukungan Keuangan), sedangkan suami butuh Domestic Support (Dukungan dari dalam rumah); 5. Isteri butuh Family Commitment (Komitmen Keluarga), sedangkan suami butuh Admiration (Penghargaan/kekaguman).