[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] detik berdetak, berlalu tak menunggu laksana musafir mengelana takdir "melapuk segala di ufuk cakrawala" dari fajar dusta hingga malam buta gemerisik daun-daun mengalun syahdu mengenang tahun-tahun yang mengembun dalam hening pikir di bening safir terasing dari bising gonggongan anjing andai remaja tak menyenja andai langkah tak melemah andai bekal tak tercekal andai luang tak terbuang andai nafas tak lepas adakah sesal di sisa tanggal yang tertinggal aduhai betapa rapuh melepuh ingatan melayang pandang melalui kabut lembut melintasi waktu merengkuh angkuh "dari balik jubah yang tak pernah merasa bersalah" bersimpuh doa, menempuh dosa adakah sesal di sisa tanggal yang tertinggal mari berbenah, kembali melangkah semoga tak jatuh sia-sia menempuh sisa usia semasih nyawa menitah raga berjelaga entah bila waktu tak tentu memihak rindu bahkan maut merenggut seraut jiwa kusut sendiri membunuh sepi mengubur sunyi hilang di gersang mayang aku pasti pulang, sayang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H