Mohon tunggu...
El Khoiry Nur
El Khoiry Nur Mohon Tunggu... -

Aku Terlahir di sebuah desa terpencil di kota bumi mina tani, Pati. Tertarik dengan dunia tulis menulis sejak lama, tapi baru menekuni dengan serius setelah terdampar di Kota budaya, Yogyakarta. Sambil mengintip buku-buku sejarah di salah satu Universitas di Yogyakarta, aku luangkan waktuku untuk bergelut dengan kata setiap harinya. salam kenal ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nenek Moyang Kita Lebih Pintar Dari kita??

1 Agustus 2012   09:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:21 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pernahkah kita berpikir bahwa nenek moyang kita lebih pintar dan cerdas dari kita?”

Nggak pernah. Memang kenapa?”

“Ah, kau ini, cobalah gunakan sedikit otakmu untuk berpikir”

“Setiap hari aku udah berpikir”

“Mana buktinya?!”

“Kau mau bukti apa?”

“Coba sebutkan sila keempat dari Pancasila”

“Ah, Nggak tau”

“Katanya sudah berpikir?!”

“Pancasila bukan untuk dipikirkan, tetapi dipraktikkan”

“Sebelum di praktikkan, harus dipikirkan dulu”

“Begitu ya?”

“Iya lah”

‘Aku baru tau”

“Ah, itu cuma alasan kamu”

“Bener og, swear samber gledek deh!”

“Jangan bawa-bawa gledek!. Dengerin!, nenek moyang kita aku rasa lebih cerdas dari kita”

“Ah, yang bener?,jangan ngigau ah?”

Nggak percaya?!”

“Ya Nggak lah!”

“Eh, dibilangin Nggak percaya”

“Ya iya lah, masak kita yang hidup di zaman modern kalah pintar sama nenek moyang kita yang hidup di zaman purba, ada-ada saja kau ini”

“Mau bukti?”

“Mana?!”
“Borobudur yang membangun siapa?”

“Ya jelas nenek moyang kita lah, siapa lagi kalau bukan mereka”

“Terus yang membangun proyek Hambalang siapa?”

“Hahaha, pertanyaanmu seperti anak kecil saja. Ya jelas kita lah, masak nenek moyang kita”

“Berarti nenek moyang kita memang lebih cerdas dari kita!”

“Weh, kok bisa?!”

“Ya bisalah, masa ya bisa donk!”

“Jangan bercanda”

“Aku Nggak bercanda”

“Kok bisa?”

“Dengerin baik-baik! Borobudur yang dibangun nenek moyang kita bisa bertahan sampai ratusan tahun. Malah menjadi salah satu keajaiban dunia. Padahal zaman dulu belum ada alat-alat modern. Belum ada sekolah arsitek atau lain-lain. Tapi mereka mampu membangun mahakarya yang bisa dinikmati anak cucunya.”
“Iya juga ya, aku kok baru sadar”

“Ah, alasan lagi!, coba kau bandingkan dengan bangunan yang kita dirikan . Lihatlah, bangunan Hambalang, belum ada setahun saja sudah ada yang roboh. Bagaimana kalau ratusan tahun? Mungkin hanya tinggal bekasnya”

“Berarti nenek moyang kita lebih pintar dari kita donk “

“Ah, kau ini, kan udah kubilang dari tadi”

“Tapi, menurutku kita tak kalah pintar dari mereka. Buktinya kita masih bisa membangun Hambalang meski sebagian uang pembangunannya masuk ke rekening kita”

“Gubraaaaaaaaaaaaaaak!”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun