[caption caption="Dok. Pribadi"][/caption]Suka membaca biasanya diawali oleh satu hal (buku, koran, atau tulisan lainnya). Ulasan seseorang yang ditorehkan dalam bentuk tulisanlah yang membuat seseorang menjadi suka atau tidak suka dalam membaca. Sehingga, jika ada orang yang tidak suka membaca, bisa jadi dia belum pernah menemukan tulisan yang sesuai dengan seleranya. Jika ini tidak berlaku umum, paling tidak berlaku untuk beberapa orang, termasuk aku.Â
Kalau boleh jujur (jujur masak nggak boleh), aku awalnya tidak hobi baca. Ada tantangan dari temanku kala itu agar aku membaca novel pilihannya. Kalau aku ternyata tidak suka, dia yang akan ganti bayar, tapi pakai uangku dulu tentunya.
Hari yang ditunggu tiba. Kami dibolehkan keluar di hari jumat. Ini kesempatan untuk singgah di toko buku Ust. Dahlan. Kubeli buku itu dan kubaca sesampainya aku di asrama. Aku tidak suka. Aku minta ganti rugi sesuai kesepakatan.
Ternyata, ini salahku. Buku yang disuruh baca Ayat-Ayat Cinta, tapi aku beli Fenomena Ayat-Ayat Cinta. Akhirnya terpaksa aku beli lagi buku yang dimaksud. Hasilnya, air mata tak terasa jatuh. Waktu main, makan, bahkan shalat nyaris kuabaikan. Tak boleh ada sebaris kalimat pun yang terlewatkan.
Aku mulai menghayal, "Andai aku jadi Fahri, peristiwa dipenjara nggak boleh terjadi. Hanya suasana dikagumi wanita yang kudamba". Inilah awal mula aku mulai suka membaca. Sungguh pengalaman yang memalukan. Baca novel bisa nangis.
Karena asyik dengan Ayat-Ayat Cinta, tentu ketika karangan Kang Abik (Habiburrahman el-Shirazy) dengan judul Ayata-AYat Cinta 2 diterbitkan, aku mengharuskan diriku untuk membacanya. Benar saja, buku kedua dari seri ini begitu memukau. Meski lebih tebal, dan sempat membuatku malas, di akhir-akhir cerita justeru semakin asyik.
Sesuatu yang patut diacungkan jempol dari karangan kang Abik tak lain adalah karena pelajaran, nilai Islam, dan cakrawala yang luas selalu ia sajikan. Namun (setelah AAC 2), kali ini mencoba beralih ke penulis lain, Hanum Salsabila Rais. Aku belum pernah sama sekali membaca karangan penulis best seller 99 Cahaya di Langit Eropa ini. Nggak tau deh akan habis lembarannya kubaca atau tidak.
Kalau boleh bertanya, kalian suka baca sejak kapan dan karena apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H