Selasa, 29 November 2022 di SDN 2 Masaran tepatnya di Desa Masaran, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek terdapat kegatan yang melibatkan siswa serta mahasiswa pengabdian masyarakat Universitas Negeri Malang unuk melakukan psikoedukasi pada siswa kelas 4 dan 5.
Bullying merupakan tindakan yang direncakan, dan terjadi secara terus-menerus serta memiliki target yang memiliki kuasa rendah atau tidak dapat mempertahankan dirinya (Englander, 2016). Hal yang paling penting dari psikoedukasi yang dilaksanakan ini adalah untuk mencegah para penonton pembulian (bystander) dapat mengerti bahwa pembulian tau membuli teman adalah tindakan yang salah.Â
Bystander adalah orang-orang yang berada disekitar tempat kejadian (Sarwono & Meinarno, 2011). Sehingga perlu adanya bimbingan dari orang yang mampu mengawasi anak sd ini yaitu guru. Dampak yang ditimbulkan dari kejadian ini adalah perasaan malu serta tidak nyaman karena penonton tidak dapat menolong korban.Â
Selain itu, mereka dapat menyaksikan tindakan ini juga dapat mendukung pembuli tidak merasa bersalah karena tidak dilarang. Dampak lainnya bagi korban yaitu dapat menyebabkan stress hingga depresi. Individu juga akan kesulitan untuk beradaptasi pada lingkungan baru dikarenakan akan merasakan trauma. Dampak yang terjadi pada pembuli adalah individu akan melakukan tindakan agresif serta bermasalah.
Metode yang digunakan untuk psikoedukasi anti bullying ini adalah STAC (Steal the show, Turning it around, Accompany other and Coaching compassion) yang memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya pembulian berkelanjutan bagi bystander (penonton atau pelihat terjadinya pembulian). Mencegah terjadinya bulliying adalah hal yang penting karena bulliying memiliki tiga komponen yaitu pembuli, korban dan bystander yang tentunya memiliki peluang untuk menjadi pembuli atau malah menjadi korban.
Setelah memberikan penjelasan mengenai bullying secara umum maka para siswa dapat memperagakan cara menolong korban dengan benar serta melaporkan tindakan buruk itu tanpa rasa takut. Sehingga perlu adanya lingkungan yang aman bagi para siswa untuk belajar maupun untuk menjadi rumah kedua. Selain itu, siswa juga diajak untuk bermain ular tangga dengan tujuan agar materi yang disampaikan dapat diingat kembali serta dapat dipraktikkan dengan lebih menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H