Mohon tunggu...
Elizabeth Novi
Elizabeth Novi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Teknik Arsitektur tahun terakhir | 23 tahun | Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kalau Besar Mau Jadi Apa?

18 November 2015   23:58 Diperbarui: 19 November 2015   00:57 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Susan, susan, susan, kalau besar mau jadi apa?"

Siang ini saya mendapatkan sebuah pertanyaan menarik dari seorang teman kuliah saya: "Setelah lulus mau jadi apa?". Pertanyaan ini menggelitik hati saya dan beberapa teman. Kedua teman saya masih sibuk menjawab. Teman saya yang bertanya ini kemudian kembali menambah kalimat "Sudah semester segini masak belum tahu setelah lulus mau jadi apa." (kami berada di semester 7 dan sedang mempersiapkan diri untuk tugas akhir). Tanpa berpikir lebih jauh, tiba-tiba saya mengucap "Aku mau jadi penulis." dan seketika saya paparkan alasannya "Aku pengen tetap bekerja tapi tetap bisa mengurus suami dan anak-anak secara utuh. Aku ga pengen anak-anakku menjadi nomer sekian karena pekerjaanku. Aku ngerasa sendiri bagaimana rasanya jadi anak yang ditinggal ibunya bekerja, terlepas berapapun umurku." and then it's decided. "Oke, Novi jadi Architectural Writter."

Pembicaraan bergulir panjang. Saya jelaskan mengapa saya ingin menjadi penulis. Saya merasa bahwa penulis merupakan salah satu jalan yang mengijinkan saya untuk tetap "ber-arsitektur" dan mengurus keluarga di masa depan. Saya tetap ingin menjadi wanita pekerja namun juga ibu rumah tangga. Teman saya yang mengajukan pertanyaan tersebut kemudian berkata "Aku mau jadi principal architect." Di situ saya kembali merenung, dulu apa yang saya pikirkan ketika memilih jurusan ini? Tentu saya juga masih ingin menjadi principal architect, tapi toh tetap saya kalahkan karena saya juga ingin menjadi ibu yang maksimal.

Ketika saya menulis tulisan ini, saya teringat lagu anak-anak ketika saya masih kecil yang sudah saya tuliskan secuplik liriknya di atas. Kalau dulu saya ditanya begitu, saya pasti menjawab ingin jadi dokter. Entah mengapa. Sekarang saya beralih ingin menjadi "dokter bangunan"

Hal-hal ini membuat saya berpikir bahwa terkadang impian bisa sangat jauh hasilnya di kemudian hari. Bukan karena kita tak konsisten, tapi lebih pada pilihan hidup. Seorang dosen saya berkata "Bisa jadi di kemudian hari orang-orang yang desainnya mengharukan ini yang justru memberi proyek pada rekan-rekan yang ber-IP tinggi semasa kuliah." Kami hanya tertawa saat itu. Beberapa jam setelah itu saya melakukan perbincangan dengan beberapa teman terkait statement tersebut. Apa yang akhirnya kami simpulkan? Why not? Kalau toh nantinya harus diberi pekerjaan oleh seorang rekan yang di masa kuliah kurang maksimal ya kenapa tidak selama itu pilihan hidup kita. Kepuasan batin seseorang dipengaruhi oleh hal yang berbeda. Bisa jadi karena pekerjaan yang berorientasi pada uang atau bisa jadi pekerjaan yang memang menjadi sebuah passion. Kalaupun menjadi seorang ibu rumah tangga, apa yang salah dengan hal itu? Tidak ada kata "hanya" dari sebuah pilihan hidup yang kita ambil.

Contohnya saya, saat ini sedang mencoba melangkah untuk menggapai impian di masa depan untuk menjadi seorang penulis, melalui kompasiana.

Kawula muda, mau jadi apa kau nanti?

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun