Teknologi merupakan alat yang berkembang sejak awal peradaban manusia, guna kelangsungan hidup manusia. Salah satunya bentuk teknologi adalah komunikasi. Komunikasi adalah bentuk utama interaksi yang di mana orang berkomunikasi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berinteraksi dengan banyak orang, dan sebagainya. Di masa lalu, berinteraksi hanya bisa dilakukan dengan cara bertatap muka, namun pada era modern ini, komunikasi dapat dilakukan tanpa tatap muka sehingga jarak bukanlah halangan bagi manusia untuk menjaga komunikasi.Â
Akibat kemajuan teknologi komunikasi, manusia mulai masuk ke masa dimana mudah dalam mendapatkan akses mencari informasi apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang media komunikasi atau yang biasa disebut sebagai media sosial, tentunya informasi jauh lebih mudah diterima dan jauh lebih efisien untuk masyarakat umum. Tentunya perkembangan teknologi ini memicu efek globalisasi yang tidak bisa dihindari dan membuat manusia tertantang untuk membuat perangkat lunak yang mudah digunakan dalam berbagi informasi yang mereka inginkan, seperti Facebook, Twitter, Tiktok, dan Instagram yang mampu untuk membagikan seluruh informasi ke seluruh dunia.
Kesuksesan media sosial di Indonesia disambut dengan baik oleh masyarakat Indonesia, bahkan jumlah penggunanya terus meningkat dari tahun ke tahun, mulai dari orang dewasa, remaja, dan anak usia dini. Terutama saat terjadinya pandemi Covid-19, semua kalangan usia dituntut untuk bisa menggunakan teknologi komunikasi tersebut. Kesuksesan media sosial juga menjadi tempat yang paling banyak digunakan untuk mencari eksistensi diri. Eksistensi diri berbicara tentang sebuah usaha untuk memahami diri sendiri terkait arti kehidupan, yang dimana seharusnya menjadi sebuah bentuk nilai intrinsik terpenting yang tidak dimiliki oleh individu lainnya atau sesuatu yang dapat menyampaikan pemahaman tentang makna dan tujuan hidup. Tentunya setiap manusia harus menemukan jalannya sendiri dalam menghadapi kondisi dari lingkungan sekitarnya. Berbagai macam aplikasi telah dijadikan sebagai ajang untuk mencari dan menunjukkan eksistensi seseorang dalam berbagi video, foto, maupun terkait kegiatan sehari-hari kepada orang lain di laman media sosial. Banyak orang melihat media sosial merupakan tempat yang bisa membantu menemukan identitas diri, melalui media sosial dapat menemukan sebuah komunitas yang memberikan kesempatan untuk interaksi sosial dengan orang lain agar mendapat umpan balik tentang dirinya. Tentunya umpan balik ini sangat berperan penting karena dijadikan pedoman dalam membentuk konsep diri dan dapat diakui oleh orang lain. Tidak sedikit yang menggunakan kecanggihan teknologi sebagai ajang untuk mencari kepopuleran atau perhatian banyak orang.Â
Salah satu platform media sosial yang terkenal adalah aplikasi TikTok atau yang disebut dengan Douyin, yang secara harfiah diluncurkan pada bulan September 2016 oleh salah satu perusahaan teknologi di Tiongkok. Aplikasi ini diciptakan oleh Zhang Yiming, yang dimana TikTok merupakan sebuah platform video pendek yang dibuat dengan durasi 15 detik yang didukung secara sisi sosial dan sisi musikal. Banyak orang yang mengekspresikan dirinya menggunakan media sosial aplikasi Tik Tok untuk diakui atau menunjukkan eksistensi diri mereka, yang dimana aplikasi ini selalu hangat diperbincangkan oleh semua kalangan usia. Tentunya, konten yang ada di TikTok sangat bermacam-macam dari yang beredukasi, menari, bernyanyi, hingga bersandiwara. Namun seiring berjalannya waktu, platform TikTok mulai menjadi sebuah tempat untuk mencari eksistensi diri yang lebih mengarah ke arah yang negatif seperti mengekspos perilaku seksual, konten kata-kata galau yang membuat para penontonnya menjadi depresi hingga konten yang berusaha menjatuhkan ras, agama, suku yang berbeda.
Aplikasi TikTok sendiri sudah memberikan kebijakan bahwa aplikasi tersebut tidak diperkenankan untuk anak umur di bawah 12 tahun. Tetapi, banyak sekali orang tua yang lalai terhadap hal itu sehingga banyak sekali anak umur dibawah kebijakan tersebut menginstall, melihat video, serta mengupload video. Akibatnya, banyak anak-anak yang melihat atau mengetahui informasi yang berbau perilaku seksual tanpa adanya bimbingan dari orang tua sehingga mereka hanya mengikuti trend-trend tersebut karena berpikir hal tersebut terlihat keren dan bergaya, atau bahkan hanya ingin mendapatkan banyak perhatian dari kalangan netizen demi mencari eksistensi diri.Â
Jika dilihat dari segi kekuatan yang dimiliki TikTok dalam penjangkauan yang luas, terdapat beberapa orang yang menjadikan konten seksual atau konten yang tidak berperilaku normal itu sebagai konten yang keren untuk membuat mereka terlihat lebih menonjol atau digemari. Nahasnya, konten-konten seperti ini sangat diminati oleh banyak penonton dan dapat mengubah perspektif konten berbau vulgar/seksual yang dulu dianggap aib menjadi hal yang biasa saja. Contohnya adalah konten dari akun @erika_putrii yang dimana ia membuat konten-konten prank kepada lawan jenis yang berbau seksual untuk mendapatkan lebih banyak pengikut sambil mempromosikan barang dagangannya.
Tentunya konten tersebut dapat memperoleh banyak sekali penonton bahkan, akunnya memiliki pengikut mencapai hingga 3.3 M. Ia mulai viral ketika ia mengupload video dengan konten prank gojek yang dimana ia akan menyuruh driver gojek tersebut untuk masuk kedalam rumahnya dan menyuruh mereka untuk menutup pintu sambil menggoda driver tersebut dengan obrolan yang berbau seksual lalu ditutup dengan mempromosikan barang dagangannya.Â
Contoh lainnya adalah konten dari akun @knzymyln__ yang dimana ia juga membuat konten-konten berbau vulgar. Ia memiliki jumlah pengikut mencapai 8.7 M. Terlihat bahwa di beberapa konten terdapat konten yang dimana ia menggunakan baju yang seksi sambil berjoget seksi sesuai dengan irama lagu.Â
Konten seperti itu, sangat mengancam perilaku penyimpangan seksual terhadap para remaja, terutama anak usia dini yang bermain TikTok. Hal itu dapat terjadi akibat mereka tidak diawasi oleh orang tua sehingga tidak dapat membedakan apakah hal itu salah atau benar karena melihat orang lain melakukan hal tersebut dan merasa bahwa hal tersebut keren untuk diikuti.Â