Mohon tunggu...
Eliza  Aprilia
Eliza Aprilia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Without god i'm nothing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Kenangan Musim Panas

13 November 2020   09:30 Diperbarui: 13 November 2020   09:36 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat pertama kali aku bertemu Dia, adalah saat aku berumur enam tahun.
Di musim panas yang panas, aku tersesat di hutan dewa gunung, yang dikatakan di mana roh-roh tinggal. Setelah berlarian kesana-kemari mencari jalan keluar, aku menjadi sangat lelah hingga tidak bisa bergerak. Saat aku mulai menangis karena ketakutan dan kesepian, Dia muncul dihadapanku.
Dia adalah salah satu roh yang hidup di hutan tersebut.

Sebenarnya, jika diperhatikan, Dia terlihat seperti seorang manusia biasa. Yang membuat Dia berbeda hanyalah Dia mengenakan topeng. Dia memberitahuku bahwa "Aku akan menghilang selamanya jika bersentuhan dengan seorang manusia".
Kemudian, Dia membawaku keluar dari hutan menggunakan sebuah batang kecil agar tidak bersentuhan langsung denganku. "Ini seperti sedang kencan ya.." goda ku. "Bukanlah sesuatu yang romantis.." bantah Dia. Sebelum berpisah, aku sempat menanyakan namanya. Dia terdiam sesaat dan tidak menjawab. Karena saat itu sudah semakin sore, aku memutuskan untuk segera pergi. Tiba-tiba, Dia menyebutkan namanya. Tapi saat aku menoleh, Dia telah menghilang. "Gin", itulah namanya.
.........
Keesokan harinya aku kembali lagi ke hutan itu. Dan ternyata Gin sedang menungguku. Lalu, Gin pun mengajakku untuk berjalan-jalan di hutan. Tiba-tiba, ada roh yang melihatku sedang bersama Gin dan bertanya "Apakah aku boleh memakannya?". Aku yang ketakutan pun bersembunyi di belakang Gin. Gin melindungiku dengan mengatakan "Tidak. Dia adalah temanku". Kemudian, roh itu memperingatiku untuk tidak menyentuh Gin. Dan jika aku menyentuhnya, dia akan memakanku.
Tapi ternyata roh itu tidak semenyeramkan yang terlihat. "Roh itu adalah seekor rubah. Dia berubah untuk menakuti manusia. Dia hanya menggonggong dan tidak menggigit", kata Gin. Bukannya takut, aku justru menemukan kalau itu sangat manakjubkan. Karena itu adalah pertama kalinya aku menemukan roh yang asli. Aku percaya bahwa mereka itu benar-benar ada.
Kemudian aku bertanya kepada Gin, "Apakah kau tanpa-muka atau semacamnya?". Bukannya menjawab pertanyaanku, Gin malah menyuruhku untuk menceritakan tentang diriku. Aku bertanya kembali kepada Gin, "Kau penasaran?". Gin menjawab "Karena itulah aku menunggumu".
Hari berikutnya dan hari-hari berikutnya, aku kembali ke hutan itu. Di hari-hari musim panas itu, aku berlarian dan bermain di sekitar gunung. Meskipun itu konyol, itu sangatlah menyenangkan.
.........
Suatu hari, aku dan Gin bermain di padang bunga. Aku merangkai bunga untuk Gin. Tapi dia tertidur. Karena penasaran, aku berniat membuka topeng Gin. "Tidak masalah jika aku menyentuh topengnya, kan?", pikirku. Dengan hati-hati, aku menyentuh topeng Gin dan dengan perlahan mengangkatnya. Akhirnya, aku pun dapat melihat wajah Gin. Ternyata wajah Gin benar-benar terlihat seperti manusia biasa. Dan tiba-tiba saja, dia terbangun. Sontak aku pun terkejut dan langsung memakaikan kembali topengnya dengan keras sambil meminta maaf. Tapi karena terlalu keras, Gin meringis kesakitan.
"Menyerang seseorang saat mereka sedang tertidur.. Kau benar-benar wanita kecil yang menakutkan", kata Gin sambil mengelus-elus topengnya. "Aku minta maaf, tapi.. Kau berpura-pura tidur, kan?", kata ku agak ragu. Gin terdiam sebentar. "Aku terlihat normal, bukan?", tanya Gin sambil bertopang dagu. Aku sekali lagi bertanya kepada Gin mengapa dia mengenakan topeng itu. "Jika aku tidak mengenakan topeng ini, aku tidak terlihat seperti roh, kan?", kata Gin. Aku menatap Gin agak lama, sampai akhirnya aku berkata "Kau aneh".
Saat akan keluar hutan, aku menjelaskan kepada Gin "Aku tidak akan bisa ke hutan besok. Karena aku berada disini hanya selama musim panas. Jadi aku harus pulang besok". Gin menghentikan langkahnya dan bertanya "Apakah kau bisa kemari lagi tahun depan?". Aku pun mengangguk dengan semangat.
Inilah bagaimana musim panas menjadi sesuatu yang aku nantikan. Gin menunggu musim panas yang kami janjikan.
.........
Kemudian, tibalah hari dimana kami bisa bertemu lagi. Gin kembali mengajakku berjalan-jalan ke tempat lain di hutan itu. Tiba-tiba, ada sebuah tangan raksaksa yang muncul dari pepohonan dan menggenggam tubuh Gin. Dia berkata "Itu berbahaya, Gin. Anak itu manusia. Jika dia menyentuhmu, kau akan menghilang". "Terima kasih. Aku baik-baik saja" balas Gin. Tangan raksaksa itu pun dengan perlahan melepas genggamannya dari tubuh Gin. "Tolong jangan menyentuhnya, nak" mohon tangan raksaksa itu sebelum menghilang kembali ke dalam pepohonan. "Baik" balas ku.
Gin pun melanjukan langkahnya. Saat aku melihat ke sekitar hutan, banyak roh-roh payung yang bermunculan. Mereka semua mengkhawatirkan Gin. "Roh-roh itu bisa menyentuh Gin, kan?"pikir ku.
Dua musim panas terlewati. Kemudian tiga.
.........
"Hotaru. Dimana kau?" teriak Gin sambil mengelilingi hutan. Saat dia sibuk mencariku, aku mengejutkannya dengan muncul dari sebuah dahan pohon sambil bergelantungan. Dia pun terkejut dan bertanya "Kau sedang apa?". Aku perlahan duduk di dahan pohon itu dan menjawab "Aku ingin melihat wajah terkejutmu, tapi..". Gin menatapku dari balik topengnya dan kami pun terdiam. "Paling tidak jika aku di sekitarmu, bisakah kau melepas topengmu sesekali?" pinta ku. "Tidak apa-apa, tapi apakah ada alasannya?" tanya Gin sambil mulai melepas topengnya. "Tidak juga, tapi-" belum selesai aku berbicara, tiba-tiba saja dahan pohon yang aku duduki patah. Gin yang terkejut sontak menengadahkan tangannya untuk menangkapku. Aku yang melihat tangannya pun terkejut dan takut jika dia akan benar-benar menangkapku. Untunglah Gin sadar dan langsung menarik tangannya kembali yang membuatku terjatuh ke atas semak-semak.
"Hampir saja.." kata Gin lega. "Yaa.." balas ku lemas. "Maafkan aku, Hatoru. Apa kau baik-baik saja?" kata Gin mencemaskanku. "Syukurlah" kata ku lega kemudian terduduk di rerumputan. "Hei, Gin" panggil ku. Gin pun berjongkok di depanku. "Tidak peduli apapun, jangan pernah sentuh aku, oke?" pinta ku sambil tersenyum. Kami terdiam cukup lama, sampai akhirnya aku menangis dan kembali memohon kepada Gin. Gin terdiam sambil terus memperhatikanku.
Musim panas selanjutnya dan musim panas setelahnya. Aku mengunjungi hutan itu.
.........
"Gin! Aku disini lagi tahun ini. Ta-da! Aku sudah menjadi siswi kelas lima" kata ku sambil menunjukkan seragamku pada Gin. "Entah bagaimana, kau mulai terlihat seperti seorang wanita" canda Gin. "Aku memang wanita" balas ku. "Bisa kita pergi?" tanya Gin dan mulai memasuki hutan. Aku pun mengikutinya. "Hah? Ini.." pikir ku.
Aku memperhatikan Gin dan tersadar sesuatu. "Meskipun aku di sekolah menengah sekarang, banyak teman sekolah dasarku berada di kelas yang sama, jadi tidak terasa seperti ada yang berubah. Tapi daripada itu.." cerita ku. "Usia kita semakin dekat. Namun entah bagaimana, usia Gin jauh lebih lambat daripada manusia. Dam seiring tahun-tahun berlalu, penampilanku berubah. Tapi Gin hampir sama dengan hari disaat kita bertemu" pikir ku.
Sewaktu aku larut dalam pikiranku, tiba-tiba Gin menghentikan langkahnya. Aku pun menoleh kearahnya. Ternyata ada seekor kupu-kupu higgap di moncong topengnya. Dengan perlahan, Gin mulai membuka topengnya dan tersenyum saat melihat kupu-kupu itu. Aku terus memperhatikan Gin dari jauh. Dia terlihat sangat damai dan bahagia. "Suatu hari nanti aku akan lebih tua dari Gin, bukan?" pikir ku.
.........
"Apakah itu seragam barumu?" tanya Gin setelah melihat seragamku. Aku menggangguk kecil. Kemudian kami pun kembali berjalan-jalan seperti biasa. "Waktu benar-benar berlalu, bukan begitu? Kau sudah di sekolah menengah, ya" kata Gin. "Iya" jawab ku.
"Kau tidak datang kepadaku sambil berlari lagi akhir-akhir ini" canda Gin. "Aku belajar pelajaranku setelah semua pemukulan itu" jawab ku agak kesal. "Aku tak sabar untuk itu. Dalam tiga tahun, ketika aku lulus, aku berencana mencari pekerjaan di sini. Maka aku bisa bersamamu lebih lama. Di musim gugur, musim dingin, musim semi.. Selalu. Benar kan?" jelas ku dan menoleh kearah Gin yang sejak tadi sudah memperhatikanku lebih dulu. Gin terus menatapku, dan akhirnya dia berkata "Hatoru. Biarkan aku memberitahumu tentang diriku".
 "Aku bukan roh. Tapi aku bukan manusia lagi. Sepertinya aku pernah menjadi manusia, tapi ketika aku masih bayi, aku ditinggalkan di hutan ini. Aku baru saja ditinggalkan, jadi aku menangis tanpa daya seolah-olah untuk memanggil kembali orang tua yang meninggalkanku. Mereka bilang aku tidak berhenti menangis untuk waktu yang lama. Aku seharusnya mati saat itu, tapi dewa gunung muncul dan membaca mantra yang memungkinkanku untuk terus hidup. Jadi aku tidak pernah bergerak. Aku seperti hantu" jelas Gin.
"Hotaru. Tidak apa-apa jika kamu melupakanku. Tubuh yang dipelihara oleh sihir sangatlah lemah. Jika menyentuh tubuh manusia yang nyata, mantranya akan pecah dan tubuhnya akan menghilang. Hal yang sangat rapuh seperti itu. Berapa lama kamu bisa-" belum selesai Gin berbicara, aku sudah memotongnya lebih dulu. "Sesuatu yang hilang ketika disentuh.. Itu seperti salju, bukan? Gin, aku memikirkanmu selama musim dingin. Bahkan selama musim gugur, dan musim semi. Gin, jangan lupakan aku, ya? Jangan lupa. Waktu mungkin memisahkan kita suatu hari nanti. Tapi, meski begitu, sampai saat itu, mari tetap bersama".
.........
"Festival roh?" tanya ku. "Bukan, festival musim panas yang diadakan oleh para roh" jelas Gin. "Tidak ada banyak perbedaan" cemooh ku. "Nuansanya benar-benar berbeda!" bantah Gin. "Nuansa?" tanya ku. "Ketika kau masih kecil, aku pikir kau mungkin takut, jadi aku tidak mengundangmu. Tapi malam ini, bisakah kau menyelinap keluar dari rumahmu? Aku ingin pergi bersamamu untuk waktu yang lama" mohon Gin. Aku yang senang mendengar Gin mengatakan itu langsung menyetujuinya. "Temui aku jam 8 di tempat biasa kita" perintah Gin.
"Tapi festival yang dipenuhi dengan roh terdengar sedikit mengerikan.. Dan lagi, itu di malam hari" kata ku agak ragu. "Jangan khawatir. Dari luar, itu tidak terlalu berbeda dari festival manusia. Lagipula, itu memang seharusnya meniru festival manusia. Dan aku akan melindungimu, Hotaru" jelas Gin. "Ketika kau mengatakan hal-hal itu, itu membuatku ingin mengagumimu" canda ku. "Lakukanlah. Serius" tegas Gin.
.........
Malam harinya, kami pergi bersama ke festival roh itu. "Itu benar. Ini seperti festival manusia. Apa mereka semua menyamar sebagai manusia?" tanya ku. "Betul. Mengesankan, bukan? Aku pernah mendengar bahwa kadang-kadang manusia tanpa sadar ikut tercampur" jelas Gin. Aku mengangguk kecil mendengar penjelasan Gin. "Hotaru. Ikat ini di pergelangan tanganmu. Kau akan tersesat" perintah Gin sambil mengeluarkan seutai tali dari dalam lengan kimononya. Aku pun mengangguk dan mengikat tali itu di pergelanganku. "Ini seperti sedang pergi kencan!" goda ku. "Ini memang kencan" balas Gin. Seketika, aku teringat saat pertama kali aku dan Gin bertemu, dan tersenyum. "Bisa kita pergi?" tanya Gin lembut. Kami pun mengelilingi festival roh itu.
.........
"Wow, itu sangat aneh! Semua orang keluar dengan penyamaran mereka bukan? Itu seperti kompetisi menirukan! Apakah memang seperti ini setiap tahun?" tanya ku. "Ya, setiap musim panas datang.." balas Gin. Kami terdiam sejenak. "Hotaru, aku tidak bisa lagi menunggu musim panas datang. Ketika aku jauh darimu, meskipun aku tidak bisa berada di antara banyak orang, aku ingin menemuimu" jelas Gin. Kami terdiam kembali.
"Ah.. Aku ingin menggenggam tangannya.." pikir ku. Tapi tentu saja tak bisa kulakukan. Aku tidak mau Gin menghilang karenaku. Tiba-tiba, Gin menghentikan langkahnya dan melepas topengnya kemudian memasangkannya ke wajahku. "Topeng itu.. Ambillah" kata Gin sambil tersenyum kepadaku. Kami pun melanjutkan perjalanan kami.
"Dia mungkin tidak akan datang ke tempat itu musim panas mendatang. Ini pasti yang terakhir kami.." pikir ku.
.........

Saat kami sedang berjalan, ada dua anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. Dan salah satu dari meraka tersandung. Spontan Gin menarik tangan anak kecil itu dan menahannya agar tidak jatuh. Aku menasehati anak itu agar berhati-hati lain kali.
Tiba-tiba, di sebelahku terlihat sebuah cahaya hijau. Saat aku menoleh, tangan Gin perlahan-lahan mulai menghilang. Aku terkejut, dan teringat perkataan Gin saat kami baru memasuki festival roh ini. "Aku pernah mendengar bahwa kadang-kadang manusia tanpa sadar ikut tercampur". Sontak aku langsung bertanya kepada Gin "Apakah anak itu manusia?". Gin hanya bisa diam sambil memperhatikan tangannya yang semakin lama semakin menghilang. Sampai wajahnya pun ikut bersinar hijau. Aku hanya bisa diam tanpa berbuat apa-apa sambil memanggil namanya dengan lirih "Gin..".
Akhirnya Gin pun berkata "Kemarilah, Hotaru! Aku akhirnya bisa menyentuhmu" sambil tersenyum dan melebarkan tangannya seperti ingin dipeluk. Aku terdiam sejenak sambil memperhatikan tubuh Gin yang sudah mulai menghilang, dan akhirnya aku melepas topeng permberian Gin dan langsung jatuh ke dalam pelukannya. Kami berdua tersenyum dan menikmati saat terakhir kami, sampai akhirnya Gin benar-benar menghilang. Aku pun menangis sejadi-jadinya. Kemudian, aku mendengar suara Gin. Dia berkata "Hatoru, aku mencintaimu". "Ya, aku juga mencintaimu" balas ku sambil terus menangis.
.........
Aku mengambil kembali topeng pemberian Gin, memperhatikannya beberapa saat dan memeluknya erat. Hijau tua. Ini adalah hutan dewa gunung.
"Hotaru. Terima kasih", "Kami ingin bersama Gin selamanya, tapi..", "Gin ingin menyentuh manusia", "Dia akhirnya bisa dipeluk oleh manusia" kata para roh yang tinggal di hutan dewa gunung dan yang selama ini telah membesarkan Gin. Aku mengangguk sambil tersenyum dan kemudian berpamitan dengan mereka.
Aku mungkin tidak akan dapat menantikan musim panas untuk waktu yang lama. Dadaku akan sakit. Air mataku akan meluap. Tapi kehangatan di tanganku dan kenangan musim panas ini akan hidup di dalam hatiku.

Jadi, ayo pergi. Mari kita pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun