Mohon tunggu...
Eliza Tri Yuniar
Eliza Tri Yuniar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya memiliki hobi dalam bidang seni seperti senang menyanyi, dan dalam bidang olahraga seperti senang berenang, saya termasuk orang yang dianggap jutek jika dilihat dari muka luar (padahal memiliki hati yang lemah lembut dan suka menolong) serta saya memiliki konten favorit mengenai pendidikan, pemerintahan, bisnis dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Parenting pada Keluarga Broken Home Berpengaruh pada Kualitas Anak?

10 Juni 2022   12:55 Diperbarui: 10 Juni 2022   12:58 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat terlepas dari campur tangan pola asuh orang dewasa "orang tua" yang bertindak sebagai role model pada lingkungan keluarga. Peran keluarga dapat menunjukkan faktor paling dominan dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak, sebab pada dasarnya hal tersebut sepenuhnya bergantung pola asuh serta pola didik yang diterapkan dalam keluarga. Pola asuh yang diterapkan salah satunya dengan mengajarkan bagaimana cara berinteraksi sosial yang baik di masyarakat. Sehingga, dari sini menunjukkan bahwa perkembangan anak nantinya akan menjadi dampak besar yang bergantung pada pendidikan baik itu pola asuh ataupun pola didik yang diberikan di keluarga.

Akan tetapi, terdapat beberapa hasil dari riset yang menunjukkan bahwa keluarga justru memberikan dampak negatif serta memberikan trauma pada anak, sehingga dapat menghambat tumbuh kembangnya secara psikososial. Tak hanya itu, adanya kebiasaan yang tidak baik pada lingkungan keluarga dalam menegakkan aturan kepada anak juga membuat timbulnya kegagalan perilaku moral. Dalam hal ini, sejatinya keluarga diibaratkan sebagai lembaga pendidikan pertama pada anak. Maka dari itu, segala aspek tumbuh kembang pada anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh di dalam keluarga  (Trianingsih, Inayati, & Faishol, 2019).

Pola asuh keluarga tidak hanya berperan dalam tumbuh kembang anak, tetapi juga berpengaruh pada segi pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mengoptimalkan dan mengembangkan seluruh aspek kepada anak didik, seperti pada bidang agama, sosial, akademik, minat dan bakat melalui pendidikan formal seperti latihan, bimbingan, serta pembelajaran. Terdapat salah satu faktor yang mempengaruhi untuk dapat mencapai hal tersebut, yaitu motivasi belajar. Pada dasarnya, motivasi belajar dapat membantu anak dalam menjelaskan serta memahami bagaimana cara atau perilaku individu ketika belajar. Untuk dapat menggapai motivasi belajar secara penuh dapat dilakukan melalui dukungan dari keluarga khususnya orang tua (Fitria & Barseli, 2021).

Dengan adanya penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa keluarga khususnya orang tua sangat mendapat peran yang penting dalam hal pola asuh anak untuk tumbuh kembang anak. Tidak sedikit orang memiliki pikiran bahwa anak yang baik dan sukses tumbuh dari pola asuh keluarga yang baik dan sukses juga. Padahal kenyataan di lapangan tidak sepenuhnya seperti itu, banyak anak yang baik dan sukses justru malah tumbuh dari keluarga yang memiliki masalah atau disebut broken home dan begitupula sebaliknya. Banyak orang memiliki anggapan yang buruk terhadap anak broken home, padahal sejatinya kebaikan anak tidak hanya dilihat dari latar belakang keluarga saja. Anak broken home justru anak istimewa, karena mereka dapat mendewasakan diri sebelum waktunya. Dengan pikiran dewasa tersebut, mereka akan berupaya dan bersemangat membuktikan omongan banyak orang yang menganggap sepele kepada anak broken home.

Keluarga yang memiliki masalah di dalamnya sehingga memutuskan untuk mengakhiri hubungan saja daripada menambah masalah dan sakit hati nantinya, pasti juga tetap mengesampingkan ego atau tetap memperhatikan anak mereka bagaimanapun caranya. Mereka para orang tua yang berpisah, tetap mengutamakan mengasuh dan mendidik anaknya dengan cara masing-masing.  Semua orang tua pasti memiliki keinginan yang paling baik untuk anaknya, bagaimanapun cara mendidiknya dan bagaimanapun latar belakang keluarganya. Tidak ada orang tua yang menginginkan buruk kepada anaknya. Anak dengan kondisi broken home mungkin di awal memiliki perasaan murung dan tertekan akan keadaan, seperti merasa kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua, takut atau malu untuk berinteraksi dengan orang lain, kurang semangat mempelajari hal-hal yang baru, kurangnya percaya diri, hingga sering membandingkan dirinya dengan teman yang lain. Padahal, di sisi lain banyak dari mereka mungkin akan berusaha menyisihkan rasa negatif tersebut dan berusaha membahagiakan orang tuanya.

Pada sudut pandang lain, anak yang dipaksa dewasa oleh keadaan memiliki rasa dan semangat yang besar dalam menggapai mimpi atau cita-citanya untuk membahagiakan orang tua. Dengan tergapainya mimpi, mereka akan merasakan hidup bahagia, rasa bangga orang tuanya serta ingin membuktikan perkataan orang banyak yang memandang anak broken home dengan sebelah mata saja. Untuk bisa mencapai hal demikian tidak hanya semangat dari sang anak saja, tetapi diimbangi dengan dukungan maupun didikan yang bagus dari orang tuanya meskipun memiliki keterbatasan suasana bahagia. Hal tersebut tidak dapat menutup kemungkinan anak akan merasa tidak bahagia. Ukuran rasa bahagia tidak hanya dilihat dari materi saja, tetapi juga kenyamanan dalam merasakan kasih sayang orang tuanya.

Motivasi dan dukungan untuk anak broken home tidak hanya didapatkan dari diri mereka sendiri, seperti harapan, keinginan atau hasrat tidak hanya dari keluarga inti saja, tetapi juga dari pihak luar seperti saudara, tetangga, teman di sekolah, dan orang-orang dekat yang lain. Dengan adanya dukungan tersebut, terutama dari pihak orang tua, dapat memberikan rasa percaya diri yang lebih sekaligus dorongan untuk anak dapat melakukan hal baik lain secara terkontrol dan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun