Mohon tunggu...
Eliya Luster
Eliya Luster Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Sebaik-baiknya Manusia adalah yg bermanfaat untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Palembang

Masihkah Diare Menjadi Kasus KLB di Kabupaten OKI?

16 Desember 2021   11:40 Diperbarui: 16 Desember 2021   11:49 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palembang. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Ryan Zulqudsie

Apakah diare masih menjadi kasus KLB di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan?

Diare adalah suatu penyakit atau gangguan pada sistem pencernaan seseorang diare bisa menyerang siapa saja dan lebih rentan terhadap anak-anak, penyebab dari diare ini banyak faktor seperti virus, bakteri, parasit, hingga saat ini Penyakit diare masih menjadi permasalahan kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia. Angka Kejadian diare di Indonesia pada usia 0-11 bulan, 12-23 bulan, 24-35 bulan, 36-47 bulan, dan 48-59 bulan, sedangkan angka kejadian diare pada anak-anak di bawah usia 5 tahun  di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 10,1% khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 11,35%.  

Anak-anak di bawah usia 5 tahun mudah terkena penyakit karena sering memasukkan tangan atau jari dan mainan kotor ke dalam mulut, seringkali ditularkan melalui makanan dan minuman yang sudah sudah terkontaminasi dengan penyebab diare. merujuk kepada penelitian yang di lakukan di salh satu daerah OKI yaitu kecamatan Jejawi untuk mengetahu penyebab dan faktor pendukung terhadap terjadinya diare yang masih tinggi di OKI 

Adapun penerapan gerakan tanggap diare masih dikatakn kurang karena masih minimnya sosialisasi program kepada masyarakat, terutama sosialisasi terhadap ibu atau orang tua yang memilki anak-anak. dengan kurang nya sosiliasasi dan pengetahun orang tua untuk mencegah terjadinya Diare, sehingga dengan mudah meningkat dan terjadi KLB pada daerah terebut, faktor penyebab diare yang paling berperan adalah faktor lingkungan karena diare dapat terjadi pada orang yang tidak menjaga kebersihan lingkungan

Berdasarkan pada peraturan yang menyatakan tentang Sistem Kewaspadaan Dini dan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkat-kan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan tepat berdasarkan Permenkes RI No.949/MENKES/SK/VIII/2004.

 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desheila Andarini dkk dalam penelitian Implementasi Gerakan Tanggap Diare Pada Balita di Kecamatan Jejawi, didapatkan bahwa sebanyak 10 responden memiliki pengetahuan tanggap diare yang buruk dengan rata-rata pendidikan terakhir adalah sekolah dasar. Selain itu, sebagian besar responden mengaku belum pernah mendapatkan informasi mengenai diare terutama dari tenaga kesehatan sehingga mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki responden masih kurang dan berdampak pada implementasi gerakan tanggap diare menjadi belum sepenuhnya berhasil karena adanya keterbatasan yang dimiliki responden tersebut.

Hal ini diperkuat dengan penelitian Kirana yang mengatakan bahwa seorang ibu yang berpengetahuan buruk cenderung tidak memiliki dasar dan rentan mengambil keputusan yang salah dalam menentukan tindakan. Berdasarkan hasil penelitian pada responden ibu balita di Desa Talang Cempedak Kabupaten Ogan Komering Ilir menyatakan bahwa 9 responden memiliki sanitasi lingkungan yang buruk dalam mendukung gerakan tanggap diare karena air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-harii masih sangat kurang, karena kebanyakan masyarakat mengambil air bersih dari sumber air di sungai yang memiliki bau, warna, serta rasa asam. Beberapa permasalahan sanitasi lingkungan lainnya yang juga berkaitan dengan kejadian diare yaitu kebersihan perorangan dan lingkungan yang buruk, penyiapan makanan kurang matang, serta penyimpanan makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya.

Berdasarkan hasil  kondisi jamban yang buruk merupakan dasar yang lebih senderung terhadap kejadian diare karena memiliki nilai OR dan p-value yang lebih tinggi dari variabel lainnya Menurut segitiga epidemiologi, sehingga d simpulkan suatu penyakit timbul oleh interaksi satu sama lain yaitu antara faktor lingkungan, pejamu, dan agen sehingga dapat disimpukan bahwa sanitasi lingkungan memiliki hubungan erat sebagai faktor yang menyebabkan diare.

Dari penelitian ini kita menemuka fakta bahwa betapa pentingnya pemaham epidemiologi, pendidikan, interaksi, lingkungan dari penduduk sekitar, sehingga dapat membantu kita untuk menekan angka kejadian dari kasus KLB dari diare yang masih terus menjadi PR kita hingga saat ini. 

semoga ini semua bisa menjadi evaluasi kita bersama dan lebih semangat lagi dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan media dan bahasa yang lebih mudah di fahami oleh masyarakat 

https://jurnal.stikes-yrsds.ac.id/index.php/JMK/article/download/558/168

Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun