Mohon tunggu...
Novia Elita
Novia Elita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seseorang yang cerewet dan akan terus begitu . suka sapi , doraemon dan seahorse . blog writer http://elitanov.blogspot.com/ berusaha jadi penulis yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Menyerah

24 Desember 2012   06:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:07 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Deru kendaraan saling sahut menyahut bergantian melewati perempatan tempatku biasa mencari nafkah. Debu jalanan dan teriknya matahari telah menjadi kawan baik yang selalu menemaniku setiap hari. Peluh yang bercucuran, ku seka dengan punggung tanganku. Ku hitung receh demi receh yang kudapatkan dari belas kasihan orang-orang.

'Ahh, baru terkumpul segini' keluhku sambil menatap nanar uang yang berada di tanganku.
'Masih kurang lima ribu lagi'

Lampu lalu lintas sudah kembali menyala merah, dan aku masih saja duduk dibawah pohon pinggir jalan bukannya bergegas menghampiri kendaraan-kendaraan itu seperti temanku yang lain. Rasanya sudah tidak kuat lagi kakiku berjalan menyusuri mobil demi mobil untuk meminta belas kasihan mereka. Sudah seharian ini aku mengamen, tapi hasil yang aku dapat baru 15 ribu. Aku masih menatap pasrah kendaraan didepanku yang tertahan oleh lampu merah sampai akhirnya sebuah pukulan di kepala menyadarkanku.

'Hey, pemalas! Mau sampai kapan duduk terus?' bentakan Bang Bewok mengagetkanku.
'I..i..iiya bang. Ini juga baru mau jalan' jawabku terbata-bata.
'Cepat sana!'

Aku pun berjalan gontai ke arah kendaraan yang masih berhenti. Sambil mengamen, aku memperhatikan Bang Bewok yang sedang duduk sambil memainkan gitar kecil di tangannya. Bang Bewok adalah bawahan dari boss Acun yang tugasnya mengawasi kami bekerja dan memastikan kami pulang membawa setoran setiap hari.

Bang Bewok adalah tipikal orang kasar yang tidak segan-segan untuk menyakiti orang lain yang tidak mematuhi perintahnya. Karena sifatnya itulah dia menjadi tangan kanan kesayangan boss Acun.

Sebuah koin lima ratus rupiah terulur dari sela jendela mobil di hadapanku. Aku melanjutkan lagi tugasku. Aku baru bisa menyelesaikan tugasku jam 10 malam. Aku bergegas pulang ke rumah seusai tugasku yang melelahkan sedari pagi sampai malam.

Sebenarnya, tempat itu tidak layak disebut rumah. Tempat itu adalah penampungan bagi kami, anak jalanan sebatang kara yang dipungut kemudian dipekerjakan oleh boss Acun. Penampungan yang kami tempati ini seperti barak, berukuran 6x5 meter dengan tikar sebagai alasnya.

Sesampainya aku didalam penampungan, kulihat sudah ada beberapa temanku yang tertidur. Mereka lelah, sama sepertiku. Aku pun langsung merebahkan tubuhku di tikar tempatku biasa tidur. Aku harus bangun pagi besok, karena besok adalah hari Minggu yang berarti hari liburku mengamen dan aku bisa pergi belajar di tempat Bu Lisna.

---

Aku bangun pukul 7, ketika matahari mulai muncul malu-malu menerobos sela-sela dinding penampungan. Segera aku membersihkan diriku, mengambil bukuku dan berlari ke kolong jembatan dekat tempat aku mangkal dimana tempat Bu Lisna biasa mengajar anak-anak jalanan sepertiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun