Dayak adalah salah satu dari ratusan suku yang ada di Indonesia. Suku ini juga merupakan suku tertua di Pulau Kalimantan (Borneo). Mereka hidup di pedalaman hutan belantara Kalimantan. Suku dayak memiliki berbagai tradisi dan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Salah satu tradisi unik yang ada di suku dayak adalah merajah tubuh atau yang dikenal dengan tato, yang sekarang dikenal masyarakat sebagai "Borneo Tattoo".
Tradisi ini mulai muncul dan berkembang pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Bagi masyarakat suku dayak, tato adalah bagian dari tradisi, realigi, status sosial seseorang dalam masyarakat serta sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang.
Dari segi realigi, tato dipercaya berfungsi sebagai obor atau penerangan dalam perjalanan seseorang menuju alam keabadian setelah kematian. Mereka percaya bahwa semakin banyak tato pada tubuh maka semakin terang jalannya menuju alam keabadian itu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman tradisi merajah tubuh dari suku dayak mulai ditinggalkan. Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat sudah banyak tradisi dari Indonesia yang ditinggalkan bahkan sampai diakui oleh negara lain sebagai milik negara mereka. Oleh karena itu, penting untuk melestarikan salah satu kearifan lokal khas kalimantan ini.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai tradisi tato suku dayak yang mulai ditinggalkan ini. Ada baiknya jika kita mengetahui penyebab  tradisi ini mulai ditinggalkan. Pertama, adanya stigma buruk dari masyarakat awam tentang tato. Tato dipandang buruk karena ada beberapa orang yang melakukan tindak kejahatan atau berperilaku tidak baik yang menggunakan tato pada tubuh mereka.
Kedua, terus berkurangnya jumlah penduduk asli suku dayak. Hal ini disebabkan oleh banyaknya suku lain yang datang ke Pulau Kalimantan sehingga menjadikan suku dayak sebagai minoritas. Situasi ini, membuat suku dayak makin terasingkan di tanah kelahirannya sendiri.
Ketiga, masuknya pengusaha-pengusaha kelapa sawit dan batu bara di pulau yang dijuluki sebagai paru-paru dunia ini. Dengan diambilalihnya hutan tempat mereka tinggal untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batu bara membuat mereka menjadi terpecah belah. Sebagian kecil dari mereka ada yang memilih untuk terus masuk ke pedalaman hutan belantara Kalimantan dan mempertahankan tradisi-tradisi dari para leluhur.
Lalu, sebagian lagi memilih untuk meninggalkan hutan dan dihidup secara modern dan meninggalkan tradisi-tradisi mereka. Tradisi-tradisi yang sudah melekat dengan kuat pada masyarakat dayak seperti, tato secara perlahan mulai punah. Maka dari itu, perlu upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tradisi ini.
Upaya Untuk Melestarikan Tradisi Tato Suku Dayak
Melestarikan suatu tradisi tidak serta merta dengan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, bukan berarti tidak mungkin untuk melestarikan suatu tradisi. Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan suatu tradisi khususnya tradisi tato suku dayak:
Pertama, merubah stigma buruk tato di masyarakat Indonesia dengan mengajak untuk dapat berpikir kritis. Stigma buruk yang sering kali tersebar adalah tindak kirminal yang dilakukan seseorang yang menggunakan tato pada bagian tubuhnya sehingga masyarakat kerap kali memandang sebelah mata orang yang memakai tato di tubuhnya. Padahal hal tersebut kembali lagi atau tergantung kepada kepribadian orang tersebut.