Beberapa hari lagi pesta rakyat akan digelar. Pesta Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 yang dinantikan selama ini akhirnya akan dilaksanakan juga. Rakyat akan berbondong-bondong datang ke lokasi pemilihan untuk memilih orang-orang yang dipercaya mampu mewakili aspirasi rakyat dan membawa arah bangsa Indonesia. Spanduk ajakan pelaksanaan pemilu jujur dan berintegritas yang akan dilaksanakan pada 9 April 2014 pun bertebaran di pinggir jalan. Beriringan dengan spanduk para calon legislatif yang tersenyum mesra kepada pengguna jalan.
Awalnya, saya hanya teringat bahwa tanggal 9 April itu bersamaan dengan ulang tahun suami. Kemudian, saya menghitung hari itu akan tiba dan bertepatan dengan hari apa. Dalam benak saya, pastinya, hari itu kalau bukan hari Sabtu ya hari Minggu, karena melibatkan segenap bangsa Indonesia untuk melakukan pencoblosan. Tetapi setelah saya hitung-hitung, ternyata jatuhnya pesta rakyat yang akbar itu jatuh pada hari Rabu.
Waduh. Kok hari Rabu, ya.
Hari Rabu adalah hari efektif bekerja dan sekolah, serta kuliah. Akankah ada hari libur nasional lagi di Minggu kedua bulan April ini. Bukankah hari Senin, 31 Maret 2014 telah libur, sehingga Minggu pertama bulan April telah mengurangi hari efektif bekerja. Jika Minggu pertama ini hanya bekerja empat hari, maka Minggu kedua pun akan ada hari efektif bekerja selama empat hari lagi.
Bagi perusahaan besar, mungkin hal itu tidak akan berdampak pada produktivitas dan pencapaian target penyelesaian pekerjaan maupun target produksi. Tetapi bagi perusahaan skala kecil dan menengah? hal itu akan menjadi masalah. Setidaknya, perusahaan yang sudah megap-megap akan semakin terengah-engah.
Namun, itu adalah masalah rakyat, yang mungkin memang harus dikorbankan demi kepentingan bangsa. Jadi biarkanlah. ("walaupun kepentingan bangsa yang sesungguhnya adalah kepentingan rakyat" #sambil ngedumel).
Tetapi, dengan menetapkan pesta rakyat di hari Rabu, maka bisa jadi ada sebagian rakyat yang mementingkan untuk tetap bekerja, dan merelakan hak pilihnya. Karena, tidak mungkin mereka berangkat bekerja terlebih dahulu untuk kemudian pulang lagi untuk mencoblos, kemudian kembali lagi ke kantor. Terlebih bagi rakyat yang bekerja di kota, sedangkan wilayah pemilihannya ada di kampungnya. Hal ini, pastinya menambah peluang terjadinya golput (golongan putih), golongan rakyat yang memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Karena, meskipun ada kesempatan untuk menggunakan hak pilih di tempat dia merantau, tetapi mereka harus mengurus formulir yang tentunya membutuhkan syarat-syarat yang harus dipenuhi, karena pihak penyelenggara Pemilu juga memerlukan bukti-bukti untuk menghindari adanya pencoblosan ganda.
Hal ini akan berbeda ketika pesta rakyat itu digelar di akhir pekan. Dimana hari Jumat Sore, kebanyakan warga sudah bebas kerja, sehingga hari Sabtu - Minggu melewati hari-hari bersama keluarga, sehingga mereka dengan leluasa menghadiri pesta rakyat bersama-sama keluarga ....
Namun, sekali lagi. penentuan hari Rabu untuk penyelenggaraan pesta rakyat adalah kebijakan dan keputusan penyelenggara, dan Rakyat harus mematuhinya .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H