hari ini naik bus yang penuh sesak. duduk di bangku kedua samping seorang bapak-bapak. ketika itu ada seorang nenek yang diri, lalu aku kasih tempat duduk yang kutempati. dengan mata berkaca-kaca karena kelelahan beliau mengucapkan terima kasih dan aku tersenyum. sesampainya di halte semua penumpang turun dan melanjutkan dengan naik sebuah angkutan umum, ternyata aku sekendaraan dengan nenek tersebut. beliau yang menegor ku dan mengucapkan terima kasih lagi. dengan usia yang sudah renta dan terlihat lelah, masih berulang kali ucapkan terima kasih dan tersenyum lesu, seraya bersyukur kepada Tuhan.
melalui mata nya, aku teringat dengan nenek ku yang sudah hampir dua tahun terpisah dunia dengan aku dan keluarga. kita tidak tersadar apa yang dilakukan seorang "nenek" dengan kita sampai ia tiada. kata-kata, omelan, namun itu bukti kasih sayang. kulit nya yang keriput, mata yang tidak awas, jalan yang tergopoh, itu merupakan suatu kelembutan yang harus syukuri beliau ada sampai kita dewasa (mungkin). dia adalah sejarah keluarga, mengetahui segalanya sebelum kita lahir sebagai cucunya. ia adalah pengganti dan penengah orangtua. terkadang kasih sayang nya tak kita sempurnakan dengan balasan yang setimpal. mungkin suatu omelannya adalah kekesalan kita terhadapnya. namun, itu lah kasih sayang yang indah dari seorang nenek yang penyayang :')
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H