Mohon tunggu...
Elison Manisa
Elison Manisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penyair Rasa

Pendidikan, Lifestyle, Politik, Humaria, Literasi, Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pemeluk Kabut Sirna

16 November 2024   15:55 Diperbarui: 16 November 2024   16:20 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pemeluk Kabut Cinta Hingga Sirna

Aku pernah mendengar kisah tentang wajah yang hilang di antara kabut, tentang jemari yang berubah menjadi tangkai, tentang bunga-bunga yang tumbuh dari luka paling sunyi.

Di wajahmu, aku melihat segala yang ingin disembunyikan: rindu yang tak punya alamat,

air mata yang menguap menjadi embun,

dan matahari yang hanya tahu caranya tenggelam.

Mungkin kau memilih kabut agar tak ada yang tahu bagaimana kau belajar melupakan dirimu sendiri.

Atau mungkin bunga-bunga itu adalah caramu mengatakan bahwa tak semua kesedihan butuh nama.

Aku ingin menyentuhmu,menyingkap setiap kelopak yang melindungi rahasia di wajahmu.

Tapi kau diam, seperti langit sebelum hujan, seperti doa sebelum dijawab.

Aku akhirnya mengerti, bahwa beberapa wajah memang diciptakan untuk menghilang, menjadi taman yang hanya bisa dikenangboleh angin.

Surabaya, 16 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun