Mohon tunggu...
Elison Manisa
Elison Manisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jadikan pendidikan sebagai tools untuk membangun diri dan sesama.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup adalah perjuangan, selama nafas belum berhenti tetap belajar untuk menjadi inspirasi bagi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Didik Anak Secara Otoriter, Psikologi Terdampak Buruk

13 April 2022   17:37 Diperbarui: 13 April 2022   17:41 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pixabay.com

Didik anak secara otoriter membuat keras kepala dan sulit di atur.

Bapak/Ibu pernah tidak mengatasi anak yang bandel, sudah diberitahu malah makin bandel. Setiap anak memiliki sifat dan perilaku yang keras kepala dan susah di bentuk. Semakin anak bertumbuh dewasa karakter bawaan anak makin sulit untuk prediksi.

Anak sering dibentak ketika anak berbuat salah tidak mau ikuti perintah, anak malah dibentak dengan kekerasan baik verbal maupun non verbal. Hal ini malah membuat anak sakit hati, walaupun anak mengikuti perkataan orang tua. Namun di dalam hati mereka ada rasa jengkel dan tidak sepadan pada orang yang tidak sepihak.

Pembentukan karakter juga akan memberikan dampak positif dan negatif bagi anak, apalagi menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus yang harus diperhatikan secara penuh dan orangtua harus selalu menuruti semua permintaan orang anak, ketika anak tamtrum karena meminta sesuatu ada orang tua yang cenderung mengikuti permintaan anak agar tidak lagi menangis.

Kebiasaan akan membangun sikap keras kepala, intoleransi, dan egoisme terhadap diri sendiri. Anak akan belajar bahwa sikap keras akan menjadikan dirinya seorang premanisme yang mana semua kebutuhan terpenuhi, misalnya. Kalau melewati sebuah toko mainan, makanan ringan, minuman bersoda dan hal-hal yang seperti tidak begitu besar pengeluaran. Tapi bisa berakibat fatal pada orangtua jika anak sedang beranjak dewasa.

Ada orangtua yang juga memberikan pengertian secara jelas dengan empat mata, sehingga anak mampu mengetahui mengapa tidak membeli mainan itu, karena lebih penting membeli alat belajar dan kebutuhan sekolah. Ada juga orangtua yang tidak memberikan penjelasan secara jelas, sehingga anak selalu menuntut ditempat umum untuk kebutuhannya harus terpenuhi yaitu dengan membelikan mainan tersebut, hal tersebut salah.

Selalu berbicara dengan nada keras disertai dengan kekerasan, membangun karakter anak agar memiliki jiwa sosial, dan budaya. Maka tanamkan hal-hal positif yang berhubungan anak karena adalah peniru ulung dan apapun yang dilakukan oleh orangtua dalam keseharian akan ditiru oleh anak-anak. Orang tua selalu mengajarkan anak dengan toleransi, maka anak akan belajar melakukan hal yang sama juga, tetapi tidak anak akan berlaku kasar dan keras kepala. Jadi ajarkan anak untuk tidak berbicara kasar dan kotor pada teman dan orang-orang disekelilingnya.

Anarkisme sering terjadi pada anak-anak yang memiliki pengalaman buruk dalam keluarga, sehingga tidak heran jika menjadi besar jadi kasar dan tidak menghargai orang tua dan keluarga.karena anak yang mendapatkan perhatian penuh pun bisa menjadi keras. 

Orangtua yang tidak toleran biasanya mengajarkan anak dengan hal yang sama sehingga anak-anak menjadi kasar dan egois untuk selalu mengikuti peraturan orangtuanya. Tak hanya menjadi keras kepala, akanpun akan melawan orang tua dan melakukan tindakan kekerasan.

 Pendidikan karakter dimulai dari keluarga dan orang-orang tercinta disekitar kita, jadi anak memiliki perilaku yang buruk, semua tergantung pendidikan dari orang tua. Orangtua harus memiliki sikap yang baik untuk mendidik anak-anak agar menjadi dewasa secara dan memiliki kecerdasan sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun