Mohon tunggu...
Elis Nuraeni
Elis Nuraeni Mohon Tunggu... Ilmuwan - Cover

Magister Pertanian khususnya bidang Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman. Memiliki ketertarikan di ranah pangan alternatif, dan mendalami isu diversifikasi pangan. Selain itu, memiliki ketertarikan di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Pemikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Anti Pusing Mengelola Generasi Z

15 Oktober 2021   16:24 Diperbarui: 15 Oktober 2021   17:06 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Positifnya, sirnanya sekat senioritas menjadikan hubungan lebih hangat, nyaman dan menyenangkan bagi semua pihak. Jika konsep ini telah menjadi budaya dalam sebuah komunitas, generasi Z bisa menjadi aktor yang mampu memeriahkan suasana kerja.

  • Kendali dalam memutuskan

Tidak aneh jika generasi sebelum Z sangat menyukai dan nyaman dengan arahan, instruksi, dan hal-hal prosedural yang diatur secara detail. 

Sikap manut atau penurut sangat kental di generasi-generasi lalu. Seringkali kita dapati para orang tua yang berkata bahwa "Dulu, mamah nurut sama orang tua. Kenapa anak jaman sekarang susah di atur" atau misalnya senior kampus yang seringkali berkata, "Kenapa anak zaman sekarang kok banyak nanya kalo di suruh, gak kaya aku dulu".

Beda zaman, beda pandangan. Perkara instruktif, dinilai sebagai bentuk pengekangan bagi generasi Z. Tren yang terlihat menunjukkan bahwa generasi Z lebih menyukai atau cocok dengan tipe mengambil keputusan dan menanggung konsekuensi yang diambil. Sederhananya, para Gen Z memiliki pegangan teguh dalam tujuan fleksibel dalam cara. 

Cukup sampaikan hal-hal inti yang perlu dicapai, latar belakang dibalik hal tersebut, lalu jadikan umpan lambung sebagai pemantik mereka untuk memutuskan sebuah action plan. 

Dengan cara ini Gen Z merasa lebih dihargai, dan kabar baiknya akan lebih totalitas serta sepenuh hati dalam mengerjakan tugas. Pendekatan ini juga memungkinkan terciptanya solusi yang lebih kreatif dan inovatif.

  • Komparasi personal

Komparasi atau dibanding-bandingkan adalah hal yang paling menjengkelkan. Bagi generasi Z memiliki self awareness tinggi, memahami bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Bahkan dengan corrective action yang dimiliki, mereka memahami bahwa satu sama lain berbeda. 

Membandingkan hasil, justru meninggalkan kesan pengucilan dan merasa tidak berguna. Tidak jarang hal ini bisa menyebabkan tingkat loyalitas yang sangat rendah.

Kenyamanan lingkungan kerja menjadi kunci produktivitas Gen Z. Apresiasi lebih bermakna dan membangun habit kontruktif pagi para Gen Z. Pun ketika ada hal-hal yang perlu di evaluasi, jika disampaikan dengan kepala dingin, di dukung dengan fakta, dan objektif lebih bisa diterima dibandingkan teriakan emosional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun