Perkembangan zaman dengan segala kompleksitasnya menyebabkan perbedaan karakteristik manusia. Secara umum kekhususan karakteristik tersebut dikenal dengan generasi.Â
Kurun waktu 100 tahun terakhir setidaknya terdapat 6 generasi yaitu Tradisionalis (1922-1945), Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1980), Milenials (1981-1994), Generasi Z (1995-2010), dan generasi Alpha (>2010). Dari keenam generasi tersebut, generasi baby boomers, Generasi X, Milenial, dan Z berada pada rentang usia poduktif (15-64 tahun).Â
Artinya, petinggi atau senior di berbagai lembaga atau perusahaan notabene berasal dari generasi baby boomer, disaat eksekutif menengah kemungkinan diisi oleh generasi X, milenial bahkan Z.Â
Secara umum, kini generasi Z berada di posisi sebagai pemula dalam dunia kerja dan sebagian lainnya masih berstatus sebagai mahasiswa atau pelajar.Â
Usia generasi Z yang berada dalam tahap pembangunan karakter menghadapi tantangan pola komunikasi dan interaksi dari para senior lintas zaman yang berpotensi menjadi faktor penghambat.
Memahami pendekatan antar generasi menjadi kunci dalam keberhasilan proses pembentukan karakter. Namun tidak jarang para senior mengaku kewalahan bahkan gagap dalam membina generasi Z.Â
Karakteristik generasi Z yang eksploratif, memiliki, kemandirian dalam belajar, tidak loyal, realistik, dan multitasking tidak cocok dengan gaya pembinaan karakter generasi sebelumnya yang relatif follow the rules.Â
Paparan internet sedari dini juga membuat generasi Z memiliki arus informasi yang cepat sehingga mampu mengejar ketertinggalan dan beradaptasi dengan baik. Agar gap generasi tidak membuat produktivitas menurun, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengelola generasi Z :
- Kesetaraan
Senioritas kini bukan lagi pendekatan yang cocok bagi generasi Z diberbagai ruang pembinaan seperti kampus, organisasi, maupun tempat bekerja.Â
Alih-alih hubungan junio-senior, para generasi Z lebih nyaman dengan konsep kesetaraan. Walaupun tidak jarang para generasi lalu menilainya sebagai karakter yang kurang beradap, kurang sopan, bahkan membangkan.
Narasi bertumbuh dan belajar bersama lebih disukai dibandingkan adanya superioritas kelas karena umur. Tentu hal ini memerlukan kelapangan hati bagi para pendahulu.Â