Situasi setelah penyebaran penyakit Covid-19 tentunya mempengaruhi segala aspek dari kehidupan setiap individu. Salah satunya dalam pendidikan, kebijakan untuk memiliki buku pembelajaran digital semenjak program Pembelajaran Jarak Jauh berlangsung. Buku pembelajaran digital sekarang menjadi kebutuhan para siswa-siswi Kurikulum Merdeka. Dengan adanya buku digital pun, murid Indonesia menjadi lebih efektif dalam mendapatkan informasi karena lebih mudah untuk dibuat dan dibagikan kepada orang lain.
Buku digital atau ebook lebih praktis dibandingkan buku cetak, mudah dibawa ke mana-mana, mudah dipesan, lebih ramah lingkungan, dan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar. Siswa-siswi bisa mengakses buku digital dimana saja asalkan ada gawai. Buku digital memiliki pengaruh besar terhadap siswa-siswi dalam menarik minat dan semangat belajar. Dengan menggunakan ebook, siswa-siswi juga bisa mengeksplor lebih banyak materi dengan sendirinya, tidak selalu bergantung kepada guru. Bukan hanya murid, tapi guru juga dipermudah dalam proses mengajarnya karena di era digital ini, kita bisa dengan mudah mencari materi di buku digital dibandingkan di buku cetak. Tapi, bukan berarti penggunaan buku digital ini sepenuhnya efektif. Para siswa bisa terganggu dengan hal lain yang ada pada gawai mereka. Dengan menggunakan buku digital, siswa-siswi bisa split screen atau bahkan tidak memperhatikan sama sekali dan melakukan hal lain dengan gawainya, seperti melakukan tugas lain di mata pelajaran lain. Siswa-siswi juga bisa menjadi lebih malas, copy paste tugas sana sini, atau hanya membaca materi dari poin-poin yang di taruh di powerpoint guru.
Dengan adanya buku digital, siswa-siswi dipermudah dalam mengoleksi dan membagikan buku digital tersebut kepada orang lain. Tentu kehadiran buku digital sangatlah efektif bagi siswa-siswi Indonesia. Namun, tentu setiap sekolah memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Dimana beberapa sekolah swasta mengenakan biaya untuk buku pembelajaran digital tersebut agar setiap murid mempunyai buku digital milik sendiri. Sekolah yang berbasis Internasional tentunya menggunakan buku-buku Internasional. Namun, karena sekarang diterapkan new normal, banyak sekali hal yang berubah. Kewajiban untuk memiliki buku digital menjadi kebutuhan bagi murid-murid Indonesia.Â
Banyak yang merasa cukup terbebani dengan adanya buku digital karena biaya yang dikeluarkan untuk itu tidak jauh beda dengan harga buku cetak. Harga yang biasa dikeluarkan untuk buku fisik cukup mahal. Sudah mulai beralih ke buku digital, banyak orang tua yang komplain masalah harga. Banyak sekali orang tua dari murid Indonesia merasa tidak diuntungkan dengan adanya buku digital. Menurut merekapun buku cetak lebih efisien untuk para murid karena murid bisa lebih fokus dengan pelajaran yang sedang dipelajari dibandingkan buku digital yang mengharuskan murid untuk memakai gawai yang bisa dengan mudah mengalihkan fokus anak.
Buku cetak dan buku digital punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dari segi harga, efektivitas, dan yang lainnya. Kalau menurut kalian, lebih efisien buku cetak atau buku digital nih?
Penulis:
Elisa Valencia
Jolin Meilicia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H