Jika dalam satu jam saja matahari bisa terbit lalu tenggelam pada belahan bumi lainnya. Maka, untuk 2 tahun 3 bulan 14 hari telah mengajari banyak hal pada kepala dan dada. Sedang kepergian yang berulang berkali -- kali sudah ranggas oleh alasan yang kekanakan. Maka pada siapa lagi yang tau akan siapamu, siapaku kalau bukan kita.Â
Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan salah mendikte perihal takdir pada seseorang. Maka entah aku berjalan ke selatan atau sebaliknya, ke kanan atau sebaliknya, atau ketika aku memutuskan untuk pergi atau bahkan sebaliknya. Cepat atau lambat kita akan bertemu di sumbu yang sama, jika Tuhan menaruh tujuan kita pada bidang yang serupa.
Karna bagiku, hidup ini tidak lebih dari sebuah perjalanan. Entah Sudah kubilang tak perlu untuk mengeja kenangan, perjalanan tak harus lekat dalam ingatan. Jika rasa sudah lebih dulu berbaur dalam pelukan. bagiku kita tak perlu lagi mengurusi harus berjalan ke timur atau selatan. Karna di setiap ikatan, akan ada bekas yang tertinggal dan lekas yang menanggal.
Jika sebuah alasan tak selalu diperlukan untuk sebuah pertemuan, kemudian kenapa setelah sekian waktu pada kelelahan yang mengganas otak kita malah memanas memikirkan alasan untuk sebuah perpisahan. Padahal ketika kita sadari, perihal waktu, keadaan, harapan, tokoh dan perasaan sudah tak membersamai kita dalam perjalanan yang sama. Kemudian kita bertanya-tanya, untuk apa dan siapa kita berjalan sejauh ini ? untuk sebuah kesia-siaan.
Maka pada tikungan ketiga di akhir bulan juni, kita melepas yang seharusnya telah terlepas sejak lama. Mengemas perasaan yang terlanjur membekas dan bergegas untuk kepergian yang menunggu di ujung kekecewaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H