Mohon tunggu...
elisa susiswo
elisa susiswo Mohon Tunggu... -

Sekedar seorang perempuan di ujung perjalanan. Maka menulis bagiku ialah sebuah kebutuhan, setidaknya agar saya ingat bahwa pernah berjalan pada arah yang mana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Perjalanan yang Tak Harus Lekat Dalam Ingatan

31 Agustus 2017   07:15 Diperbarui: 31 Agustus 2017   07:17 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika dalam satu jam saja matahari bisa terbit lalu tenggelam pada belahan bumi lainnya. Maka, untuk 2 tahun 3 bulan 14 hari telah mengajari banyak hal pada kepala dan dada. Sedang kepergian yang berulang berkali -- kali sudah ranggas oleh alasan yang kekanakan. Maka pada siapa lagi yang tau akan siapamu, siapaku kalau bukan kita. 

Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan salah mendikte perihal takdir pada seseorang. Maka entah aku berjalan ke selatan atau sebaliknya, ke kanan atau sebaliknya, atau ketika aku memutuskan untuk pergi atau bahkan sebaliknya. Cepat atau lambat kita akan bertemu di sumbu yang sama, jika Tuhan menaruh tujuan kita pada bidang yang serupa.

Karna bagiku, hidup ini tidak lebih dari sebuah perjalanan. Entah Sudah kubilang tak perlu untuk mengeja kenangan, perjalanan tak harus lekat dalam ingatan. Jika rasa sudah lebih dulu berbaur dalam pelukan. bagiku kita tak perlu lagi mengurusi harus berjalan ke timur atau selatan. Karna di setiap ikatan, akan ada bekas yang tertinggal dan lekas yang menanggal.

Jika sebuah alasan tak selalu diperlukan untuk sebuah pertemuan, kemudian kenapa setelah sekian waktu pada kelelahan yang mengganas otak kita malah memanas memikirkan alasan untuk sebuah perpisahan. Padahal ketika kita sadari, perihal waktu, keadaan, harapan, tokoh dan perasaan sudah tak membersamai kita dalam perjalanan yang sama. Kemudian kita bertanya-tanya, untuk apa dan siapa kita berjalan sejauh ini ? untuk sebuah kesia-siaan.

Maka pada tikungan ketiga di akhir bulan juni, kita melepas yang seharusnya telah terlepas sejak lama. Mengemas perasaan yang terlanjur membekas dan bergegas untuk kepergian yang menunggu di ujung kekecewaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun