Semakin tinggi stadium yang diderita oleh pasien maka akan semakin sering dan lama pula proses berjalannya kemoterapi. Ditambah juga usia seseorang terkena kemoterapi. Karena semakin bertambah tua maka struktur dan fungsi tubuh semakin melemah sehingga proses penyembuhannya juga akan lebih lama
Tapi, sebenarnya kemoterapi sendiri tidak hanya membunuh sel-sel kanker yang menyerang tubuh kita. Karena obat-obat yang digunakan untuk menghancurkan kanker tidak dapat membedakan yang mana sel kanker dan yang mana sel aktif membelah/sehat terutama pada sel yang berada di sumsum tulang belakang, sistem pencernaan reproduksi dan kantung rambut yang tidak terdapat kanker. Hal tersebut hanya biasa berlaku sementara saja karena sel yang sehat akan kembali pada keadaan yang normal dengan cepat.Â
Tapi, efek samping yang ada ketika kita menggunakan kemoterapi mayoritas terjadi pada sel-sel yang aktif membelah yang bisa saja terjadi selama masa kemoterapi atau sesudah kemoterapi. Misalnya seperti tubuh terasa lemas, mual dan muntah, gangguan pencernaan, sariawan dan gangguan indra perasa, rambut rontok, kelainan otot dan syaraf, kulit kering, serta produksi hormon yang tidak stabil.
Dari kondisi fisiologis memang terdapat perubahan yang signifikan bagi orang-orang yang menjalankan kemoterapi. Tapi mari sekarang kita coba lihat dari kondisi psikis pada pengguna kemoterapi. Penyesuaian atau adaptasi terhadap penyakit kanker merupakan proses berkelanjutan di mana individu pasien berusaha mengatasi penderitaan emosionalnya, menyelesaikan masalah khusus terkait dengan penyakitnya dan berusaha mengendalikan situasi kehidupannya yang dipengaruhi oleh penyakitnya.
Apakah berpengaruh? Kita telaah terlebih dahulu bahwa setiap manusia pasti akan memiliki titik di mana ia akan merasa tidak percaya dengan dirinya sendiri karena kondisi fisiknya. Itu sangat mempengaruhi kesehatan dari pasien penderita kanker yang melakukan kemoterapi. Karena apa? Karena dengan efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi sendiri, pasien akan mengalami efek samping yang paling terlihat seperti rambut rontoh. Terutama bagi pasien wanita.
Apakah kalian pernah mendengar pepatah bahwa bagi wanita rambutku adalah istanaku? Nah, dengan rontoknya rambut tadi, pasien wanita akan merasa minder dengan tubuhnya. Sedangkan dengan pasien laki-laki, mereka akan juga merasakan hal yang sama, terlebih karena mereka juga menjadi lemah dan harus banyak beristirahat. Padahal pada umumnya laki-laki itu lebih aktif melakukan aktivitas diluar rumah. Tapi setelah penggunakan kemoterapi, mereka malah harus mengistirahatkan badan mereka agar tidak mudah kelelahan.
Ditambah lagi jika kondisi lingkungan mereka tidak mendukung. Tentunya akan ada banyak cemooh dari orang lain yang menyebabkan mereka menjadi terlalu kepikiran dengan kondisi fisik semata. Sehingga mereka menjadi minder dan tidak bisa membuka diri walaupun mereka sebenarnya bisa untuk menjadi orang-orang yang aktif walaupun mereka memiliki keterbatasan karena penyakit. Karena itu, banyak dari pasien penyakit kanker akan merasa stress.
Secara tidak sadar, semua sakit akan menjadi lebih parah lagi penyakitnya ,ketika mereka merasa stress/terlalu banyak pikiran. Itu juga sangat berlaku bagi mereka yang terkena penyakit kanker. Jika mereka merasa stress dan punya banyak pikiran. Secara tidak sadar mereka merasa bahwa tidak ada gunanya bagi mereka untuk hidup sehingga mereka merasa tidak peduli dengan badannya dan putus asa dengan penyembuhan raganya. Dan malah dapat memperburuk dan mempercepat pertumbuhan kanker yang ada di dalam tubuhnya. Tapi terbalik jika mereka merasa bahwa mereka disayang dan diperhatikan pasti secara tidak langsung ada dorongan dari dalam diri mereka untuk mau melawan penyakit kanker dan berusaha untuk terbebas darinya. Â Â
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk sekarang ini memang obat yang dapat memperlambat laju pertumbuhan dari sel kanker hanyalah kemoterapi. Sayangnya, kemoterapi tidak dapat membedakan mana sel kanker dan sel yang masih aktif membelah dan terbebas dari kanker. Ini menyebabkan terdapat banyak sekali efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan kemoterapi. Kemoterapi sendiri tidak menjamin bahwa orang-orang yang telah menggunakannya akan sembuh dan bebas kanker. Setelah mereka mengeluarkan uang yang tidak murah untuk biaya kemoterapi.
Efek samping yang diterima oleh para pasien kanker yang menjalani kemoterapi tidak hanya dari kondisi fisik saja tapi kondisi psikis juga. Karena kondisi psikis sendiri sangat mempengaruhi kesehatan para pasien. Terlebih karena kondisi fisik yang disebabkan dari efek samping kemoterapi seperti rambut rontok yang menyebabkan mereka menjadi merasa tidak percaya dengan diri mereka sendiri. Karena jika mereka terlalu stress karena lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Maka, kemungkinan mereka untuk sembuh jauh lebih kecil.
Malahan bisa menyebabkan pertumbuhan kankernya menjadi semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa menggunakan kemoterapi paska operasi tidak dapat menjamin orang akan terbebas dari penyakit kanker malah bisa memperburuk kondisi pasien dari sisi psikisnya. Menurut saya, jika para penderita kanker tidak dapat mempertahankan kondisi psikisnya terutama dalam hal percaya diri lebih baik mereka menghindari kemoterapi. Walaupun kemoterapi merupakan satu-satunya proses pengobatan yang dapat dilakukan bagi pengidap penyakit kanker. Disisi lain tadi sudah dikatakan bahwa kemoterapi membunuh sel yang aktif membelah juga.