stunting dan permasalahan gigi.
Masa pertumbuhan anak merupakan golden period dimana pada masa inilah perkembangan fisik dan kognitif anak berlangsung sangat cepat. Masa pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti faktor gizi, lingkungan, psikososial, dan lain sebagiannya. Permasalahan yang saat ini masih menjadi perhatian pada masa pertumbuhan adalahStunting adalah gangguan pertumbuhan linier atau kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah -2 standar deviasi (SD) berdasarkan kurva WHO Standard 2006 dalam 1000 hari pertama kehidupan. Stuting merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi pusat perhatian di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2023, angka stunting di Indonesia mencapai 40,2%. Saat ini, penurunan angka stunting merupakan salah satu program prioritas yang diusung oleh pemerintah dengan target penurunan stunting di Indonesia adalah 14% pada tahun 2024.
Salah satu upaya untuk menurunkan angka stunting adalah melalui program penyuluhan di posyandu. Hal ini telah dilakukan oleh KKN UMD 204 Universitas Jember melalui program penyuluhan di Posyandu Dusun Mumbulsari, Desa Peleyan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Penyuluhan dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi pertama membahas stunting dan sesi kedua membahas mengenai kebiasaan buruk oral pada anak.
Penyuluhan stunting merupakan langkah awal dalam pencegahan stunting. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orangtua mengenai stunting. Penyuluhan mengenai stunting ini juga membahas mengenai bagaimana efek jangka pendek ataupun jangka panjang dari stunting. Dimana dampak dari stunting antara lain :
Dampak jangka pendek:
- Gangguan perkembangan otak
- Kecerdasan berkurang
- Gangguan metabolisme
- Pertumbuhan fisik terhambat.
Dampak jangka panjang:
- Penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar
- Penurunan kekebalan tubuh
- Risiko penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua
Perlu diingat bahwa pencegahan stunting tidak hanya dilakukan pada saat anak pada masa pertumbuhan, namun harus dicegah sejak saat kehamilan. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pencegahan stunting antara lain adalah :
- Melakukan pemeriksaan fisik dan kesehatan pada calon pengantin
- Menghindari "4 Terlalu" dalam kehamilan, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, dan terlalu dekat. Dimana usia yang ideal untuk kehamilan adalah usia 21-35 tahun dengan jarak antar kehamilan minimal 24 bulan dari kehamilan sebelumnya
- Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
- Pemberian ASI ekslusif 6 bulan pertama & dilanjutkan MPASI
- Rutin melakukan pemeriksaan ke posyandu
- Akses air bersih dan sanitasi
Selain melakukan penyuluhan mengenai stunting, mahasiswa KKN UMD 204 Universitas Jember juga melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan tema kebiasaan buruk yang dapat merusak gigi dan mulut anak. Kebiasaan buruk mulut adalah perilaku berulang-ulang yang dilakukan secara otomatis pada masa anak-anak yang mengakibatkan susunan gigi tidak teratur sehingga sulit dibersihkan, gangguan fungsi mulut seperti mengunyah dan bicara, mempengaruhi penampilan, gangguan fungsi otot-otot mulut. Perilaku yang menjadi kebiasaan ini adalah bersifat normal dan wajar. Namun, apabila kebiasaan yang bersifat buruk tetap dilakukan hingga usia 3 tahun atau lebih dapat menyebabkan efek negatif seperti timbulnya kelainan pada pertumbuhan rahang anak.
Berbagai kebiasaan mulut seperti menghisap jempol, menggigit jari, menghisap bibir, bruxism, dan bernapas melalui mulut. Tiga faktor, seperti durasi kebiasaan per hari, derajat, dan intensitas kebiasaan, bertanggung jawab atas kebiasaan apa pun untuk menghasilkan efek yang merugikan dan bertahan lama.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, terdapat beberapa cara untuk menghentikan kebiasaan buruk anak antara lain:
- Memberikan nasehat secara halus, bijak dan diterima secara nalar oleh anak mengenai dampak buruknya yaitu sisa kotoran yang menempel pada tangan dan masuk sela-sela kuku dapat menyebabkan sakit perut maupun diare dan susunan gigi kelak terlihat lebih baik jika anak bisa menghentikan kebiasaan buruknya.
- Upaya lain adalah dengan memberikan hadiah pada anak apabila kebiasaan buruk dapat hilang, dan memberikan dukungan agar anak merasa bangga dan percaya diri.
- Upaya sederhana lain dilakukan dengan dengan memberikan perasa yang tidak enak/pahit pada jari anak, memasang plester tahan air pada jari dan dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu peredaran darah, memberi sarung tangan atau membungkus tangan atau jari.
- Konsultasi dengan dokter gigi.