Melanjutkan tulisan saya di sini.
Pagi-pagi gelak tawa kami membahana di Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Saya dan kawan-kawan datang ke rumah Perubahan menghadiri semibar dan Coacing bertajuk EMPOWERING SMEs To Recover Stronger, yang dihelat Briefer, IGICO Advisory dan Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Keberuntungan menyertai saya dan kawan-kawan yang sebelum fajar rela meninggalkan kehangatan ranjang dan selimut untuk datang ke rumah Perubahan. Emang tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Jujur, awalnya membayangkan Ciledug-Bekasi, terasa berat. Tapi di dorong keinginan bertemu kawan-kawan dan hadir di acara secara langsung, sudah tak terbendung. Pandemi sudah berulangtahun kedua tapi belum mau pergi. Jadila saya dan orang-orang beradaptasi dengan menerakan hidup normal gaya baru. Di telepon genggam selain aplikasi media sosial, financial, kini dilengkapi dengan aplikasi Peduli Lindungi.
Saya langsung bertanya tanggapan Paris Fashion Week. pada Prof. Rhenald Kasali. Beliau menjawab kan sudah banyak diulas media, Flexing itu.  Flexing  dalam bahasa gaul atau slang words,  merupakan kata yang memiliki arti orang yang suka menyombongkan diri, biasanya pamer kekayaan.Sementara menurut Cambridge Dictionary, flexing menunjukkan sesuatu yang seseorang miliki atau raih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan.
Paris Fashion Week  sebuah kegiatan fashion Internasional yang diselenggarakan beberapa kali dalam setahun. Sedangkan  Paris Fashion Show , ajang numpang di Paris Fashion Week dengan menggandeng 10 brand lokal Indonesia yang dikoordinir Gekraf, sebuah badan di dalam Bekraf di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebetulnya dari situ sudah jelas, kok bisa-bisanya ayam geprek menglaim ikut paris Fashion Week yang kenyataan cuma ikut Paris Fashion Show. Kenapa saya bilang numpang karena. dikiranya orang Indonesia bodoh. Mereka ikut paris Fashion Show tapi publikasinya Paris Fashion Week. Beda tipis sama flexing kan? tapi nggak tahu juga kalau pemilik brand lokal Indonesia, nggak tahu kalau cuma diajak Paris Fashion Show, yang penting hura-hura ke luar negeri. Buat saya, emang pembodohan sih.
Sebetulnya saya pribadi sedih. karena betapa miskin info dan pengetahuan para pemilik brand lokal ini. namanya Paris Fashion Week yang ajangnya adibusana. Paris Fashion Week titik beratnya lebih pada bisnis. Dimana pameran baju yang dikenakan model di catwalk, diperlihatkan hanya kepada media dan calon pembeli. Bukan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Calon pembelinyapun biasanya korporasi. karena memang untuk dijual lagi. Bisa sebagai pakaian musim panas, musim dingin atau musim semi. tiap musim fashionnya beda-beda.
Pak Perry menyambung, sebetulnya kalau Kemenparekraf jeli, saat momen Paris Fashion Week hatusnya  yang dibawa Fashion Muslim Indonesia. Kita nggak bersaing dengan Fashionnya Paris tapi pasti mata dunia akan melihat Fashion Muslim Indonesia. Biar jadi ajang pamer, nanti pembeli akan datang. Apalagi ini menjelang Ramadhan. Trend Fashion Muslim Indonesia bisa mendunia karena sebagai negara dengan mayoritas pemeluk muslim, baju muslim jadi kebutuhan dan fashionnya terus bergerak tumbuh.
UKM itu tulang punggung ekonomi, bagus pemerintah terus berupaya memfasilitasi kelahirakn UKM baru tapi UKM lama harus tetap dibina. Pesan Pak Perry sebelum mengakhiri obrolan singkat kami, Karena kedua pakar sudah ditunggu di panggung acara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H