Rona jingga itu kudapati lagi di wajahmu
Saat mata kita bertemu dalam kerinduan
Getar dan pendar, dua rasa yang menyelimuti hatiku
bermain seirama, detak jantung
sementara dengus napasmu, tertahan.
Kau takut kalau aku mendengar?
Padahal suara itu yang selalu meyakinkanku kalau kau masih ada.
Keparat, ucap sumpah serapahmu
Sakitnya tak lagi kau rasa, kau lebih takut daripada aku
Alih-alih kau rehat, Â tensimu kian tinggi
Mengapa kau takut mati?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!