Saya meyakini, korupsi sebagai perbuatan yang sama kejamnya dengan pembunuhan. Sebagai orang biasa, saya tidak punya akses untuk bertanya langsung kepada para koruptor (yang sudah divonis) dan terdakwa koruptor (Yang masih sidang). Kok korupsi sih?
Tiba-tiba ada pesan masuk yang bertanya, apakah saya mau bertemu dengan Mantan Menteri ESDM, Bapak Jero Wacik? Reaksi pertama saya, adalah perasaan gentar. Sebelum menjawab pesan tersebut, saya langsung meluncur ke Simbah Google saya dapati daftar tuduhan kepada JERO WACIK.
Jangan heran kalau banyak yang mencaci dan memaki JERO WACIK berdasarkan DAFTAR TUDUHAN. Siapakah kita sehingga meyakini daftar di atas sebagai DAFTAR DOSANYA JERO WACIK? Atau sebaliknya, mengapa kita tidak percaya kalau itu DAFTAR DOSANYA JERO WACIK?
Saya membalas pesan yang masuk dan saya katakan, saya mau bertemu dengan JERO WACIK dan kalau diizinkan saya juga ingin mengajak beberapa kawan blogger. Ternyata bertemu tahanan dalam kasus TIPIKOR-Tindak Pidana Korupsi nggak mudah.
- Harus mendapat izin dari Kejaksaan Agung Jakarta (Karena ditahan di Jakarta)
- Apakah izin diberikan untuk bertemu JERO WACIK? Ternyata nggak semudah itu. Saya harus membuat izin mengunjungi tahanan lain yang tidak seterkenal JERO WACIK.
- Menurut JERO WACIK jika minta izin bertemu dengannya, belum tentu diizinkan.
Singkat cerita saya dan 5 blogger lain, bisa bertemu muka dengan JERO WACIK, mantan Menteri ESDM yang sedang menjalani sidang perkara Tipikor. Di sebuah ruangan lantai dua yang luasnya mungkin sekitar 10 m x 20 m, diisi puluhan tahanan yang dikunjungi keluarga, kerabat dan para sahabatnya. Di atas karpet plastic ukuran 2 m x 3 m, kami bertemu, berkenalan dan berbincang santai. Saya piker JERO WACIK akan memberi semacam kuliah terbuka mengenai BERPIKIR POSITIf. Tapi keterbatasan waktu membuat kita jadi ngobrol santai.
Apapun yang dituduhkan kepada JERO WACIK, saya kembalikan kepada hukum. Jika terbukti, maka saya tetap percaya Pak JERO WACIK harus siap menanggung resiko dari perbuatannya. Tapi bagaimana seandainya pembuktiannya tidak sesuai kenyataan? Di kalangan praktisi hukum percaya
“Lebih baik membebaskan 1000 orang bersalah dari pada menghukum satu orang tidak bersalah”.
Profil Jero Wacik mudah ditemukan di berbagai sumber. Tapi mendengar beliau menceritakan siapa dirinya dan siapa keluarganya, tidak bisa di dapat setiap orang. Dan saya dengan 5 bloggr lain termasuk yang beruntung.
Jero Wacik, Suami dari seorang istri dan ayah dari 4 orang anak. Terlahir sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara. JERO WACIK tidak pernanh mengenal atau melihat ketujuh kakak kandungnya, karena ketujuh kakaknya, meninggal saat JERO WACIK masih bayi. Terlahir dalam keprihatinan, sebagai anak yang didamba dan hidup dari keluarga miskin di desa, JERO WACIK, hidup dan tumbuh menjadi dewasa adalah sebuah karunia yang luar biasa. Anak kampung yang bisa mengecap pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung, pastinya bukan anak biasa.
Peluang dan perjalanan hidupnya, ada pada tiap doa yang digariskan kedua orangtuanya, sebagai pemandu jalan seorang JERO WACIK. Menjadi pengusaha dan pemilik banyak villa mewah di Bali, bukan baru sekarang. Jauh sebelum masuk Partai politik dan jadi menteri. Lalu kalau JERO WACIK di tuduhkan dengan dafar dosa segambreng, apa motivasi beliau?
18 tahun dalam Astra Grup dan 12 tahun sebagai pengusaha, telah mencukupkan materi dalam kehidupannya. Ketika kebahagiaan hidup, bersama keluarga dan materi yang cukup, mendorong seorang JERO WACIK untuk mulai memikirkan dan mengabdi kepada bangsanya. Sebuah keinginan yang wajar. Keputusan menjual semua villa mewah di Bali dilandasi keinginan untuk mulai berkonsenterasi pada pengabdian semata. Jauh sebelum menjadi menteri, JERO WACIK dan istri sudah menggunakan mobil sedan mewah sekelas Mercy dan BMW, lalu kemewahan macam apa lagi yang dicari JERO WACIK dan keluarganya?