Pembayaranpun merdeka, Â tidak di awal atau diakhir bulan, tapi bisa setiap waktu. Apakah melemahnya rupiah terhadap dollar berpengaruh? Sejauh ini sih enggak. Â Sayapun belum merasakan kenaikan harga-harga secara signifikan. Karena buat Saya, selama barang-barang kebutuhan mudah didapat dan ada uang untuk membelinya, berarti baik-baik.Â
Lucu rasanya jika dengan situasi rupiah melemah dari dollar serasa badai krisis ekonomi datang lagi, lalu nyinyir di media sosial. Ayolah lihat sekelilingmu, bisa jadi harga tahu-tempe menjadi kecil dengan harga tetap atau ukuran tetap tapi harga Naik. Kalaupun Naik karena kedelai import lalu apa masalahmu? Â Tak mampu beli? Sama seperti ketika harga telor Rp.30.000/kg usai Idulfitri. Kamu nggak mampu beli? Berapa lama kondisi seperti itu? Sama seperti melemahnya rupiah terhadap dollar, tidak Akan lama. Karena pemerintah sebagai nakhoda dari kapal yang bernama Indonesia tidak tinggal diam. Tinggal bagaimana, masyarakat yang adalah penumpang, mau bekerjasama melaui badai. Tetap dalam kapal atau mencari jalan lain dengan melompat ke luar kapal? Atau berusaha merebut kemudi? Â
Karena situasi kondisi hari ini, semua ikut punya andil. Maka untuk mengatasi atau melaluinya, Mari berpikir dan bertindak bijak. Penghematan dan perhitungan matang dalam semua sektor pembelanjaan rumah tangga, sudah seharusnya dilakukan dengan bijak tanpa menunggu ada krisis ekonomi. Janganlah Kita terjebak pada situasi ekonomi kaum menengah. Punya sedikit kelebihan uang langsung dijadikan yang muka untuk cicilan  ganti smarthphone.
Padahal menahan diri untuk tidak banyak belanja barang yang bukan produk lokal bisa ikut membantu memperbaiki Perekonomian. Yuk cerdas bersikap dan bijak mengatur keuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H