Nama lokasi wisata De Djawatan ini sendiri di buat dengan ejaan lama dengan maksud agar pengunjung bisa merasakan bagaimana suasana masa lalu dan bisa bernostalgia membayangkan masa-masa di masa Indonesia masih berada dalam penajajahan. Tapi sayangnya lokasi wisata ini kurang didukung fasilitas menarik yang bisa mengajak pengunjung merasakan hal tersebut. Padahal usia hutan ini bisa dibilang sangat tua, dan didukung oleh keberadaan pohon Trembesi raksasa yang sudah berumur ratusan tahun, jika dirata-rata usianya antara 100 sampai 150 tahun.
Sebagai destinasi wisata, lokasi Hutan De Djawatan sangat mudah dijangkau termasuk pengunjung pendatang seperti saya dan keluarga, karena berada dekat dengan jalan raya Benculuk. Bagi pengendara yang menuju Kota Banyuwangi atau sebaliknya yang melewati Banyuwangi Selatan akan melintas di kawasan Hutan De Djawatan. Jadi sempatkan untuk mampir ya, dan bisa merasakan bagaimana suasana kuno masa lalu dengan pepohonan besar di sekitar kita.Â
Bagaimana dengan harga tiketnya? Informasi dari berbagai situs wisata, tiket masuk lokasi Hutan De Djawatan bisa dibilang sangat terjangkau, dan memang kenyataannya sangat murah hanya sekitar Rp. 7.500 per orang. Sedangkan untuk jam bukanya dari pagi hingga sore hari. Setelah berada di lokasi, selain menikmati hijaunya pepohonan raksasa, aktivitas apa lagi yang bisa dilakukan khususnya jika berwisata bersama anak-anak?
Berkeliling hutan bersama anak-anak sambil menikmati hijaunya pepohonan yang tumbuh tinggi menjulang bagai raksasa, menjadi salah satu aktivitas yang cocok dilakukan saat berkunjung ke Hutan De Djawatan. Apalagi jika pengunjung tidak terlalu ramai, melakukan berbagai permainan bersama anak-anak bisa dilakukan. Sambil berjalan-jalan, orangtua bisa memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga hutan atau menceritakan pohon apa saja yang dilihat anak-anak di Hutan De Djawatan.
Untuk fotografi, Hutan De Djawatan bisa dibilang cukup Instagramable lho, karena saat berfoto berlatar pepohonan tinggi pengunjung seperti berada di negeri dongeng. Ada banyak spot foto di lokasi wisata ini, tinggal pilih karena pihak pengelola sudah menyediakan berbagai tempat untuk mengambil foto yang estetik dan cocok di upload di media sosial.
Pilih naik delman atau bermain ATV? Di lokasi wisata ini pengunjung yang datang bersama anak-anak bisa mencoba berbagai jenis permainan, dan kebetulan anak-anak saya memilih naik ATV. Dengan biaya sewa yang cukup terjangkau, anak-anak bisa bermain dengan gembira mengelilingi hutan dengan mengendarai ATV. Sayangnya ketika saya berkunjung ke lokasi wisata ini adalah hari ke-2 Idul Fitri, sehingga tidak ada lapak kuliner yang buka. Padahal kalau hari biasanya cukup banyak lapak atau warung disekitar lokasi wisata ini, jadi pengunjung tidak kesulitan mencari makanan.
Bagaimana? Tertarik untuk mengunjungi Hutan De Djawatan, selain akan menemukan suasana tempo dulu, lokasinya juga mudah ditemukan. Jika mengalami kesulitan, pastinya menemukan masjid besar bernama Masjid Jami' Al-Falah Benculuk atau Masjid Benculuk sebagai patokan. Masjid ini berada di sisi kanan jalan jika melaju dari arah Kota Banyuwangi. Pintu masuk ke lokasi wisata Hutan De Djawatan berada di gang sebelah masjid tersebut. Atau jika perlu untuk mempermudah navigasi gunakan peta online juga bisa.
Selain Hutan De Djawatan, Kota Banyuwangi memiliki banyak destinasi wisata yang sangat sayang jika dilewatkan. Apalagi Banyuwangi terkenal memiliki pantai yang sangat indah, seperti Pantai Plengkung yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo, yang terkenal dengan ketinggian ombaknya. Sayang, karena waktu kami harus berbagi dengan kegiatan silahturahmi, rencana berwisata dipersempit hanya mengunjungi lokasi wisata dekat-dekat saja. Yuk berwisata juga ke Hutan De Djawatan Benculuk, Banyuwangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H