1. Â Â Â Â Perusahaan harus menerapkan pendekatan dialog sebelum melihat penyebabnya (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Dalam hal ini dibutuhkan strategi timbal balik dan perusahaan harus membuka dialog dengan masyarakat, kelompok-kelompok kepentingan khusus, dan para ahli dalam rangka untuk memeroleh solusi yang dapat diterima untuk semua orang. Kita perlu mengingat bahwa setiap orang memiliki perbedaan nilai dan prioritas yang mendasar, yang membentuk definisi dan penilaian dari risiko dan penerimaan.
2.     Industri perlu mengembangkan strategi komunikasi yang lebih baik dan fleksibel untuk mengatasi kritik dari kelompok-kelompok yang bermusuhan (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Perusahaan dapat menyediakan pihak independen untuk meninjau aksi yang dilakukan Shell atau industri lain terkait masalah tersebut agar jangan sampai keputusan yang mereka buat menimbulkan perlawanan dari publik. Ini ditujukan untuk memastikan bahwa kritik berfokus pada isu itu sendiri, dan bukan pada organisasinya. Akhirnya, pengambilan keputusan berfokus pada  pemberdayaan.
3. Â Â Â Â Saran tentang bagaimana cara terbaik dalam menangani jenis krisis harus dicari dari para ilmuwan sosial atau konselor media yang tidak terlibat (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Dengan begitu diharapkan mereka dapat menengahi permasalahan dengan bijaksana.
4. Â Â Â Â Perusahaan harus mengatur pembicara atau fokus grup di berbagai negara untuk memperhitungkan perbedaan persepsi publik antara negara-negara yang terkena dampak (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Terkait dengan ini, ada kebutuhan untuk meningkatkan konsultasi dan komunikasi dengan instansi politik di negara-negara lain untuk mendapatkan kata sepakat akan metode baru yang disarankan, juga melihat protes publik yang mungkin terjadi.
5. Â Â Â Â Industri harus memahami keprihatinan dan kekhawatiran publik yang mendasari sikap mereka (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Strategi yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi isu-isu lingkungan yang menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Â Â Â Â Industri, terutama perusahaan multinasional harus memiliki strategi komunikasi yang tidak ambigu dan seragam, baik internal maupun dengan antar negara yang berbeda (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Informasi yang campur aduk justru membuat publik bingung.
7. Â Â Â Â Lembaga perizinan pemerintah harus menekankan kontrol dan akuntabilitas (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Pemerintah sebaiknya bersikap independen.
8. Â Â Â Â Perusahaan industri dan LSM harus berusaha membentuk aliansi yang dihormati oleh sekutunya (Lofstedt & Renn, 1997, hal. 135). Semakin banyak LSM yang dirangkul oleh perusahaan untuk berpihak pada mereka, maka publik akan semakin segan.
     Â
Daftar Pustaka:
Tampubolon, R. (2004). Risk management: qualitative approach applied to commercial banks. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.