Mohon tunggu...
Elisabeth Icha A. P.
Elisabeth Icha A. P. Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Hai :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apa Kabar Si Pelopor Jurnalisme Online Indonesia Kini?

15 April 2016   12:08 Diperbarui: 15 April 2016   12:19 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Detik.com Pelopor Jurnalisme Online di Indonesia"][/caption]Media yang awalnya hanya berupa media cetak dan penyiaran, kini seiring dengan kemajuan teknologi memunculkan adanya istilah “media baru”. Media baru tersebut hadir seiring dengan kemajuan teknologi informasi, yakni internet. Perkembangan internet dalam ranah jurnalisme, khususnya berita dalam World Wide Web mengarahkan kepada tiga karakteristik media, yakni interaktifitas, personalisasi, dan konvergensi. Selain mengakibatkan ketiga hal tersebut, internet juga berpengaruh terhadap profesi jurnalis di internet.

Internet mengubah profesi jurnalisme sedikitnya dalam tiga cara, yakni internet memiliki potensi untuk membuat peran jurnalis lebih merupakan kekuatan perantara yang penting dalam proses demokrasi, internet memberikan media sebuah alat yang luas untuk mencari sumber dan teknologi tak berujung untuk digunakan pada pekerjaan, dan yang terakhir, internet menciptakan tipe jurnalisme tersendiri yang disebut jurnalisme online.

Seiring perkembangan zaman, saat ini Indonesia menerapkan annotative journalism; tinggal mengklik suatu kata, sudah bisa mendapatkan infromasi sebanyak yang tersedia (Ishwara, 2011: 72-73). Jurnalisme online di Indonesia dipelopori oleh Detik.com yang mulai menayangkan website-nya pada 9 Juli 1998. Server Detik.com sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai dapat diakses secara lengkap pada 9 Juli 1998. Akhirnya pada tanggal tersebut  ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com yang didirikan Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), Yayan Sopyan eks wartawan DeTik), Budiono Darsono (eks wartawan DeTik) dan Didi Nugrahadi.

Pada awalnya Detik.com berfokus pada pemberitaan tentang politik, ekonomi, dan teknologi informasi yang menjadi isu terkini kala itu. Pada tahun itu pula di Indonesia terjadi Reformasi ’98 yang menyentuh berbagai aspek pemerintahan dan masyarakat yang dibarengi dengan krisis ekonomi. Hal ini mengakibatkan isu politik dan ekonomi menjadi Hot Issues Indonesia. Kemudian setelah situasi politik dan ekonomi mulai mereda Detik.com mulai menampilkan berita hiburan, olahraga, dll.

Adanya Hot Issues politik dan ekonomi yang menjadi topik di kala berdirinya Detik.com, membuat Detik.com memilih menjadi media yang ‘menjual’ breaking news. Sesuai dengan karakteristik media baru berupa internet, informasi lebih mudah dan cepat untuk diakses. Dengan bertumpu pada deskripsi yang jelas dan nyata pada penjualan breaking news tersebut, Detik.com yang saat itu belum memiliki kompetitor melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan users internet.

Kenaikan pengunjung Detik.com terbilang signifikan. Pada Juli 1998 situs detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya dengan rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.240.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Kemudian, pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000.

Alat ukur keberhasilan potensi situs Detik.com tidak hanya diukur melalui jumlah hits, namun juga melalui page view (jumlah halaman yang diakses). Page view Detik.com sekarang mencapai 3 juta per harinya. Sekarang Detik.com menempati posisi ke lima tertinggi dari alexa.com untuk seluruh content di Indonesia.

Perjuangan Detik.com diawali dari kiprahnya di dunia jurnalisme media cetak, yakni majalah mingguan Detik pada masa Orde Baru. Bahasan Detik kala itu pun tetap pada pemberitaan mengenai politik. Namun, kekuatan Orde Baru yang sangat ketat mengawasi pemberitaan di media massa, memaksa majalah tersebut menyudahi kiprahnya untuk terbit dalam format majalah. Hal ini karena Detik dianggap terlalu keras dalam pemberitaannya yang dianggap menyerang penguasa saat itu. Sehingga, dengan keputusan Menteri Penerangan saat itu, majalah Detik bersama Tempo dan Forum harus dicabut surat Ijin Usaha Penerbitan-nya. Kisah awal media Detik ini menjadikan media baru internet sebagai basis pemberitaan, berawal dari kisah pahit yang dialaminya.

Detik.com memiliki karakteristik media baru seperti yang diungkapkan Martin Lister, Jon Dovey, Seth Giddings, Iain Grant, Kieran Kelly dalam buku “New Media A Critical Introduction”, diantaranya; digital, interactive, hypertextual, virtual, networked, dan simulated.

Karakteristik Digital pada Detik.com dapat dilihat dari sistem analog yang berubah menjadi serba digital. Media digital adalah media yang menggunakan teknologi dengan bilangan biner (terdiri dari 1 dan 0). Detik.com jelas ditampilkan melalui portal online. Ciri interactive dalam Detik.com terlihat dari adanya kolom komentar di setiap berita yang ditampilkan. Media baru memungkinkan adanya komunikasi yang berjalan dua arah dan tidak hanya linear atau satu arah saja, tak terkecuali Detik.com. Dalam hal hypertextual, seperti portal berita online lain, Detik.com memungkinkan audiens mencari sendiri berita yang penting bagi dirinya, tanpa harus membaca isunya secara runtut dari awal dengan plot atau bagian-bagian sebelumnya. Detik.com pun memfasilitasi audiens dengan kemudahan hiperteks melalui kolom “Find” di pojok atas.

Tiga karakteristik yang berhubungan dengan konvergensi media antara lain virtual, networked, dan simulated. Virtualitas yang terdapat dalam Detik.com yang dilengkapi dengan konten yang dapat mendukung isi berita, seperti foto, video, ataupun grafis. Hal ini menyebabkan audiens dapat merasakan secara nyata peristiwa yang diberitakan. Dengan adanya berbagai media yang disediakan oleh Detik.com, media baru melahirkan konsumsi media yang tidak terpusat pada satu media saja. Bahkan kita juga mengenal adanya konvergensi media sebagai akibat adanya media baru berupa media online. Pesan yang dikirim sangat beragam dan tidak terbatas. Networked (keterhubungan) media baru melahirkan konsumsi media yang tidak terpusat pada satu media saja. Bahkan kita juga mengenal adanya konvergensi media sebagai akibat adanya media baru berupa media online. Pesan yang dikirim sangat beragam dan tidak terbatas. Portal berita online terhubung dengan network atau jaringan online lain, seperti Twitter, Facebook, Gmail, dsb. Simulated (Tersimulasi) muncul dalam Detik.com yang  mampu merepresentasikan realitas dalam bentuk audio/video, dan gambar di setiap artikelnya. Hal ini memudahkan audiens mengalami sungguh-sungguh peristiwa yang ada dalam setiap pemberitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun