Kekayaan SDA yang dimiliki oleh Indonesia tidak perlu diragukan lagi banyaknya, terkhusus pada sektor pertambangan. Nikel menjadi salah satu komoditas kekayaan yang menjadi sorotan pasar Internasional. Laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) bahkan menyatakan bahwa Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia pada 2022. Pernyataan ini ditunjang dengan fakta bahwa Indonesia menyumbang sebesar 48,48% atau mencapai 1,6 juta metrik ton dari total produksi nikel global di tahun tersebut.
Akan tetapi, Indonesia mulai menghentikan ekspor bahan mentah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang pertambangan mineral dan batubara. Pemberhentian ini ditujukan untuk mendukung program hilirisasi mineral nasional dimana Indonesia berusaha untuk mulai mengolah produk tambang mentah menjadi bahan dasar yang dapat digunakan paling akhir dalam pohon industri. Program hilirisasi ini ditujukan untuk menambah nilai tambah mineral, menunjang pertumbuhan ekonomi, menambah penerimaan negara, membuka lapangan kerja, serta mensejahterakan kehidupan rakyat Indonesia.
Dengan diberlakukannya program ini, seluruh industri pertambangan harus mulai bertransformasi menjadi industri yang bisa mengolah bahan mentah. Pemanfaatan teknologi dalam aktivitas operasional tentunya diperlukan guna meningkatkan keefektifan dan keefisienan proses pengerjaan, salah satunya saat menghitung volume nikel yang termuat pada truk. Â
Umumnya, penghitungan yang dilakukan menggunakan metode manual saat ini kurang efektif dan memakan waktu yang cukup lama. Meninjau hal ini, salah satu startup asal Yogyakarta, yaitu Widya Robotics, menawarkan sebuah teknologi yang menjadi terobosan guna mempercepat proses penghitungan. Teknologi tersebut disebut Widya Load Scanner.
Widya Load Scanner adalah teknologi pertama yang mampu menghitung volume truk dengan sangat akurat dan cepat di Indonesia. Hal ini dikarenakan Widya Load Scanner menggunakan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) sebagai sensor utamanya. Lebih lanjut, alat ini dilansir juga mampu meminimalisir terjadinya manipulasi data saat proses pencatatan.
"Alat penghitungan volume muatan truk pertama di Indonesia. Alat ini menggunakan teknologi LiDAR yang mampu menghitung volume muatan hasil tambang dalam truk secara cepat dan akurat. Kecepatannya dibuktikan dengan proses penghitungan yang tidak memerlukan waktu yang lama, yaitu kurang dari 40 detik untuk satu kali pengukuran. Keakuratan alat ini bahkan telah mencapai 99,23% dan tersertifikasi oleh SUCOFINDO (PT Superintending Company of Indonesia), sehingga mampu meminimalisir terjadinya kesalahan dalam penghitungan volume muatan truk," ujar Mula Damai, selaku Chief Marketing Officer Widya Robotics.
Selain dari keakuratan dan kecepatan dalam penghitungannya, Widya Load Scanner juga dapat dioperasikan dengan sangat mudah dan oleh siapa saja. Proses penghitungan cukup dilakukan dua kali. Proses pertama dimulai saat truk berisi muatan berhenti sejenak di bawah alat ini. Kemudian, LiDAR akan melakukan scanning pada permukaan bidang dari muatan atau objek muatan truk yang diukur. Setelah penghitungan selesai, truk dapat menurunkan muatannya di area proyek. Setelah truk selesai menurunkan muatannya, proses kedua penghitungan akan dimulai. Pada proses kedua ini, truk dengan kondisi kosong akan berhenti kembali di bawah alat ini untuk dilakukan penghitungan. Selanjutnya, hasil dari penghitungan volume pada muatan truk tersebut akan dikalkulasikan secara real-time dan dapat langsung dilihat pada dashboard.
Berlandaskan dari keunggulan yang dimiliki oleh teknologi ini, Mula kemudian menjelaskan kembali bahwa Widya Load Scanner telah beberapa kali digunakan oleh berbagai perusahaan, terkhususnya perusahaan tambang swasta. Mula menjelaskan"Selain dipakai dalam proyek pembangunan di dalam negeri dan di luar negeri, alat ini juga telah digunakan oleh perusahaan-perusahaan tambang swasta, seperti tambang nikel dan batubara yang berlokasi di Sulawesi dan Kalimantan,"
Melalui kehadiran Widya Load Scanner, diharapkan dapat membantu industri-industri, terkhususnya di bidang pertambangan nikel, untuk segera bertransformasi menjadi industri yang mampu mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dengan tercapainya perubahan tersebut sekaligus mampu membantu dalam penyuksesan program hilirisasi mineral nasional.