Mohon tunggu...
Elisabet PeniLestariningsih
Elisabet PeniLestariningsih Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya Elisabet Peni Lestarininbgsih, berprofesi sebagai guru, yang menyenangi traveling dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Coaching untuk Supervisi Akademik

30 Agustus 2023   18:06 Diperbarui: 30 Agustus 2023   18:11 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Coaching diartikan sebagai sebuah proses kolaborasi antara coach dan coacheenya yang berfokus pada solusi. Coaching memiliki peran yang sangat penting untuk proses pengembangan kekuatan dan potensi diri dengan berbagai strategi yang disepakati. Jadi adanya coaching bukanlah sebuah proses dengen rentetan pertanyaan yang menghakimi melainkan sebuah proses dengan beragam pertanyaan yang jauh dari penghakiman, ada kemitraan yang hangat, terdapat rasa nyaman dan aman dalam  mengutarakan apa yang menjadi permasalahannya, kedudukan antara coach dan coachee adalah setara, Dengan demikian coaching adalah sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. 

Saat sebelum mengetahui tentang coaching, saat supervisi maupun saat mendengarkan teman bercerita masalahnya, saya lebih banyak mengucapkan kata-kata penghakiman dan tuntutan. Lebih sering memberikan 'beban' yang harus diselesaikan rekan saya, Kemitraan kurang terjalin, keadaan yang terbentuk antara coach dan coachee terdapat tingkatan bukan setara. 

Pada saat saya mengetahui dan memahami urgensi coaching, pemikiran saya berubah. Saat mendengarkan masalah dan diminta memberikan respon terhadap permasalahan yang terjadi, saya belajar untuk memberikan diri saya sepenuhnya, mendengarkan setiap pembicaraan dengan sungguh-sungguh dan memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang dapat membantu teman atau coachee mengeluarkan ide-ide yang sedang dipikirkan, menggali hal-hal baik yang mungkin dilakukan. 

Hasil yang terlihat itu berbeda. saat melakukan coaching dengan pemahaman dan cara yang benar, Teman atau coachee menjadi lebih bersemangat karena memiliki ide-ide baru yang akan dilakukan, memiliki keyakinan untuk melakukan rencananya itu. 

Tanggapan yang diberikan teman  setelah menceritakan apa yang dialami , teman saya merasakan kelegaan, memiliki keyakinan untuk melakukan ide-idenya.  Hal ini terjadi karena saat bercerita coach (saya) memberikan diri sepenuhnya, mendengarkan dengan penuh perhatian dan membantu teman dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot yang dapat membantu teman mengeluarkan ide yang dimiliki. Dalam coaching terdapat  kemitraan yang baik antara coach dan coachee  sehingga tercipta keamanan untuk bercerita/proses coaching. Dari hasil coaching  dikerjakan menghasilakn sebuah tindakan yang akan segera dikerjakan dalam waktu tertentu sesuai dengan kesepakatam saat coaching. 

Kegiatan Coaching  tidak hanya sebagai kegiatan untuk membantu orang lain mengeluarkan ide-ide tetapi coaching ini berhubungan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan guru dan siswa  ataupun dengan sesama rekan sejawat.  Coaching ini berhubungan dengan  cara membantu orang lain yang memiliki masalah, dengan ,memberikan pertanyaan-pertanyaan seuai dengan alur TIRTA.

Adanya Coaching ini sangat membantu saya  karena sebelum saya mendapatkan materi coaching ini, saya sebelumnya sering bertanya-tanya bagaimana tentang pelaksanaan supervisi yang benar, macam pertanyaan seperti apakah yang lebih nyaman untuk diberikan kepada rekan yang disupervisi. Pertanyaan saya ini terjawab saat mempelajari modul 2.3 ini. Ada pertanyaan-pertanyaan berbobot yaang disampaikan, di mana pertanyaan -pertanyaannya ini didapatkan saat sungguh-sungguh mendengarkan teman saya ini. Dari materi ini, saya belajar memberikan pertanyaan dengen menggunakan alur TIRTA, sehingga dapat memberikan ruang bagi teman saya untuk leluasa bercerita/mengutarakan permasalahannya. 

Proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapatpervisi rekan sejawat)  menemukan kekuatan diri.

Peistiwa yang pernah terjadi adalah pada saat saya belum mengetahu apa itu coaching. Masalah yang dikemukakan saat itu kurang mendapatkan tanggapan yang memuaskan dan tidak dapat mengeluarkan secara maksimal untuk ide-ide atau potensi diri. Hal ini terjadi karena hanya mendengarkan permasalahannya sambil lalu, masih sambil mengerjakan pekerjaan lainnya dan memberikan pertanyaan dengan mengambil pilihan kata yang mengahkimi. Menurut Whitmore (2003)  mendefinisikan, coaching adalah sebagai kunci pembuka potensi  seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. 

Rancangan untuk melakukan coaching  dengan rekan sejawat saya rencanakan untuk dilakukan baik secara formal maupun non formal. Secara formal adalah melaksanakan supervisi (menjalankan mandat yang diberikan Kepala sekolah untuk mensupervisi rekan sejawat) dan secara non formal adalah pada saat ada rekan sejawat yang mengeluhkan masalah pembelajaran, dapat memberikan arahan dengan  memberikan diri sepenuhnya untuk mendengarkan secara RASA, sehingga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot untu membantu rekan sejawat mengeluarkan ide-ide yang sebenarnya sudah dimiliki. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun