Mohon tunggu...
Elisa Luhulima
Elisa Luhulima Mohon Tunggu... -

Ayah asal Maluku, Ibu asal Manado, lahir di Hong Kong. Pernah merasakan hidup nomaden-pindah ke Medan, Hong Kong dan Tokyo- sekarang menetap di Jakarta dan bekerja di Ombudsman Republik Indonesia (Please welcome to follow me on twitter @ ebelima and obviously my blog http://diarisidebu.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pekerjaan dan Kita

22 November 2010   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290409853592050799

[caption id="attachment_76278" align="alignnone" width="424" caption="http://www.beautysnob.com/images2009/stress.gif"][/caption] Hari ini Saya "tepar" atau bahasa formalnya terkapar di rumah. Suara hilang, hidung "meler", badan terasa lemas. Tidak ada yang ingin Saya lakukan selain menaruh kepala di bantal, menarik selimut sampai menutup kepala dan tidur sepuasnya.  Beberapa minggu sebelumnya Saya memang disibukkan dengan urusan kantor: pembentukan kantor Perwakilan Ombudsman di daerah,persiapan rapat koordinasi dengan instansi lain, rapat kerja internal, lalu perencanaan dan penganggaran untuk TA-2011 lalu terlibat dalam sekretariat Panitia Seleksi Anggota Ombudsman baru. Semua kegiatan itu membuat Saya seperti dikejar oleh waktu. Setiap hari ada saja yang mengingatkan Saya: "Jangan lupa, hari Senin jam 9 ada rapat persiapan pembentukan kantor Perwakilan." "Eh..Mbak..kita ditunggu loh di Menpan jam 11.00 siang.." "Mbak, Kerangka Acuan Rapat Kerjanya ditunggu pimpinan" Itu semua Saya lakukan dengan harapan agar semua pekerjaan bisa selesai tepat pada waktunya, maka mau tidak mau Saya menyesuaikan diri dengan waktu yang ada. Bangun pagi sekali, untuk tiba di kantor yang bertempat di daerah Harmoni, Jakarta, dan mengerjakan apa yang bisa diselesaikan sebelum pergi melakukan rapat dengan instansi lain. Keadaan lebih "menegangkan" lagi apabila kegiatan dilakukan di luar kota. Selesai memikirkan substansi, kita diwajibkan memikirkan perlengkapan pribadi yang harus dibawa dan dimasukkan ke dalam koper: sikat gigi, odol, sisir, pakaian dalam. Pokoknya segala hal remeh temeh tapi kalau ketinggalan membuat kepala terasa sakit juga memikirkan "mau beli di mana nih?" Dalam suasana "genting" seperti itu, pastilah seseorang melupakan hal rutin lainnya, hal yang biasanya membuat seseorang lebih tenang dan hidup terbebas dari beban. Seperti Saya. Hobi menulis dan membaca terpaksa ditinggal untuk sementara waktu. Rasanya tidak mungkin kedua hobi itu Saya lakukan, ketika Saya harus bangun jam 6 pagi dan berada kembali di rumah jam 8 malam. Itu pun Saya sudah merelakan hobi yang tak kalah berguna untuk kebugaran pikiran dan tubuh: berolahraga. Melihat keadaan Saya seperti hari ini yang cukup sengsara karena paraunya suara, maka Saya tidak habis pikir pada orang-orang yang hidupnya terfokus pada pekerjaan. Seolah-olah tidak ada yang dipikirkannya lagi selain pekerjaan. Coba lihat salah seorang presenter radio yang dulu dengan bangganya dia mengatakan, "Saya mengelola 9 stasiun radio" sebelum akhirnya dia takluk pada penyakit yang menyerang otaknya. Nasibnya masih lebih baik dibandingkan teman kakak Saya, yang juga aktif di dunia entertainment sebagai seorang event organizer. Di usianya yang masih belia, 42 tahun, wanita keturunan Arab ini harus menyerah dan dipanggil pulang ke Sang Pencipta ketika pembuluh darah di otaknya pecah perlahan-lahan. Konon kabarnya, dia sudah merasa rasa pusing berkali-kali tapi karena kesibukannya mengurus acara ini dan acara itu, dia menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki waktu untuk check-up ke dokter. Akhir kata, Saya tidak ingin memberikan saran yang bombastis: jangan begini..jangan begitu..Saya toh masih manusia yang suatu saat Saya juga bisa melanggar kata "jangan" tadi. Tapi Saya ingin mengajak teman-teman pembaca untuk mengingat orang yang mengucapkan salam perpisahan ketika Anda keluar rumah. Kata-kata mereka mungkin seputar: "Hati-hati di jalan" "Baik-baik aja ya.." Atau mungkin yang lebih sederhana lagi, "Bye..bye.." Itu semua tak lain adalah perhatian yang dalam dari orang-orang rumah Anda. Di balik 2 patah kata itu, mereka sesungguhnya ingin mengatakan: "Pulanglah dengan selamat dan pleaaasee..jaga kesehatanmu ya.." (ls, Jakarta, November 22, 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun