Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan muatan yang lebih optimal terhadap pembelajaran dalam kurikuler yang beragam, sehingga memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk memperdalam konsep dan memperkuat keterampilannya. Guru mempunyai kebebasan untuk memilih agar sesuai dengan kebutuhan belajar dan minat siswanya. Kurikulum merdeka juga memberikan kebebasan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran tinggi yang memenuhi kebutuhan siswa dan lingkungan belajar. Selain itu, departemen pendidikan mengambil keputusan berdasarkan kuesioner kesiapan penerepan kurikulumnya sendiri. Survei ini mengukur kesiapan guru, tenaga pendidikan, dan dinas pendidikan dalam pengembangan kurikulum. pilihan yang paling tepat berkaitan dengan kesiapan satuan pendidikan, sehingga semakin memenuhi kebutuhan maka akan semakin efektif penerapan kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka menjadi upaya pemerintah untuk memerdekakan pendidik dan menjadi pilihan kurikulum nasional pada tahun 2024. Kurikulum merdeka diharapkan menjadi upaya untuk menangkap kembali pembelajaran dari kurikulum sebelumnya, khususnya di dua tahun pandemi. Kurikulum merdeka memberi siswa kesempatan untuk lebih aktif dan mendekati topik dengan cara yang lebih obyektif. Namun sistem pendidikan ini masih memiliki kekurangan yang tidak lengkap dan kurang terencana, serta kurang adanya penelitian dan evaluasi yang lebih lebih rinci agar lebih matang dan siap. Oleh karena itu, sebelum menerapkan kurikulum merdeka secara komprehensif, perlu dilakukan langkah sosialisasi dan adaptasi terlebih dahulu. Meskipun demikian, kurikulum merdeka jika dikembangkan dengan baik dan diterapkan secara cermat, berpotensi meningkatkan meningkatkan dan memulihkan kualitas pembelajaran dan pendidikan di indonesia. Penerapan kurikulum merdeka bagi seluruh satuan pendidikan PAUD, SD,SMP,SMA,SMK, pendidikan luar biasa, dan sederajat.Â
Inti dari kurikulum merdeka ini bertujuan agar siswa dapat mengeksplorasi minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika dua anak dalam sebuah keluarga mempunyai minat yang berbeda, kriteria penilaian mereka tidak akan sama. Dengan cara ini, anak-anak diharuskan untuk mempelajari hal-hal yang mereka tidak sukai, dan hal ini memberikan otonomi dan kemandirian kepada siswa dan sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H