Ya seperti itulah!
Dilematisnya pendidikan kita.
Ketika bendera ujian nasional mulai dikibarkan dan hari perhelatan akbar itu mulai digaungkan, imbasnya pun tak hanya pada siswa yang "kudu maraton" melahap sederet agenda akademik baik di sekolah maupun bimbingan belajar ekstra di luar sekolah.
Pun dengan bidikan psikologis yang kerap kali membuat siswa dihantui pemikiran: gugur sebelum berperang. Cemas, takut, tegang, dan apapun perasaan yang serupa dengan itu, seolah menjadi perangai mengerikan di benak mereka.
Cerita lain yang juga menjadi warna di balik ujian nasional adalah reputasi sekolah yang (katanya) dipertaruhkan.
Dan pada akhirnya, muncullah istilah "kecurangan sistemik" yang dilakukan sehalus mungkin untuk menjaga citra atau motif lainnya.
Entahlah, semakin samar dan hambar pula wajah pendidikan kita.
Seandainya pendidikan berperasaan dan berpemikiran, yakin, ia pun akan memberontak diperlakukan demikian.
Sayangnya, roh pendidikan pun sampai detik ini masih dipertanyakan.
Apapun kondisi yang terjadi sekarang, tetap optimis, ke depan wajah pendidikan kita akan kembali menemukan cahaya terangnya. Semoga.