Ketika pena mulai mengasingkan diri
dari hiruk-pikuknya kata,
nyatanya ia masih menyisakan satu bahasa
yang entah ia maksudkan untuk siapa.
Ia tak menyangkal, ketika kutanya
masihkah ada sebingkis cerita,
untuk kita?
Perlahan, jemari yang menggenggamnya pun
tampak kelu dan lesu.
Semacam ada duri yang melintang
tepat di sekat rongga jemari itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!