Mohon tunggu...
ELIS LESIYANI DWI P
ELIS LESIYANI DWI P Mohon Tunggu... -

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Muhsin Kalida Melalui “Capacity Building Perpustakaan” Hidupkan Kembali Perpustakaan Yang Mati

12 Desember 2015   18:44 Diperbarui: 12 Desember 2015   18:49 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Muhsin Kalida dalam acara bedah buku"][/caption]

Sabtu, 12 Desember 2015, Muhsin Kalida seorang Pegiat Literasi, Penulis buku yang juga menjabat sebagai ketua FTBM Yogyakarta didampingi oleh Moh. Mursyid seorang Pustakawan EMHA AINUN NADJIB melakukan bedah buku yang berjudul “Capacity Building Perpustakaan”. Acara ini diikuti oleh para pustawakan daerah Yogyakarta, para pegiat TBM, dan juga oleh Mahasiswa. Acara yang berlangsung di Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini  diikuti dengan antusiasme yang sangat penuh dari para peserta. Hal ini terbukti dari banyaknya peserta yang bertanya, mengajak diskusi, bahkan memberikan saran dan masukannya untuk pengembangan buku tersebut.

Dalam acara bedah buku tersebut, Muhsin Kalida mengatakan bahwa berdasarkan hasil survei diketahui bahwa minat baca orang Indonesia sangat rendah jika dibandingkan dengan minat baca orang Malaysia, Thailand dan Nepal.[caption caption="Muhsin Kalida dalam acara bedah buku". Namun, apakah kita harus percaya dengan hasil survei tersebut? Padahal jika melihat kenyataan saat ini, jumlah telepon seluler terutama smartphone di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan orangnya. Bukankah melalui telepon seluler tersebut, seseorang justru akan lebih banyak membaca? sekalipun terbatas pada membaca pesan singkat seperti sms, wa, bbm, informasi di internet dan sebagainya.

Dewasa ini, telah terjadi fenomena akrobat generasi digital sehingga dengan teknologi yang ada, justru orang akan terbiasa dengan hal yang instan. Seperti yang tadinya membaca buku di perpustakaan malah beralih membaca di dunia digital sehingga kebiasan menulis pun mulai ditinggalkan. Karena hal itulah, kemudian banyak orang yang enggan untuk datang ke perpustakaan. Inilah yang kemudian menjadi titik balik mengapa kita harus menggiatkan kembali kesadaran untuk datang di perpustakaan agar perpustakaan bis terus hidup.

Berdasarkan data yang ada, Indonesia memiliki kurang lebih 250.000 perpustakaan dan kurang lebih 7000 TBM (Taman Baca Masyarakat) yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, dari jumlah yang sebanyak itu hanya 10% saja yang berjalan sesuai dengan harapan, sisanya tidak berjalan efektif bahkan tidak sedikit yang akhirnya mati. Hal ini terjadi sebab pustakawan yang ada sangat minim dan kurangnya kesadaran dari pihak terkait dan masyarakat dalam mengembangkan perpustakaan maupun TBM. Padahal, gerakan membaca di perpustakaan ataupun TBM adalah milik kita semua, tanggung jawab kita semua bukan milik atau tanggung jawab suatu pihak tertentu.

Memang tidak mudah dalam menggiatkan kembali budaya membaca di perpustakaan. Maka dari itu, melalui buku ini Muhsin Kalida bersama Moh Mursyid berupaya menggiatkan kembali minat baca di perpustakaan atau TBM. Namun uniknya, keduanya justru terlebih dahulu menumbuhkan minat masyarakat untuk hadir di perpustakaan ataupun TBM, ketimbang menggiatkan minat untuk membaca. Mengapa? Keduanya mengatakan bahwa jika sudah tumbuh minat untuk hadir di perpustakaan, maka lambat laun minat membaca di perpustakaan pun akan kembali tumbuh.

Di Indonesia, buku masih dipandang sebagai sesuatu yang mewah, sehingga daya beli pun menurun. Padahal saat ini, buku bukan lagi barang yang sulit untuk disentuh. Melalui perpustakaan dan TBM, masyarakat tentu akan dimudahkan dalam membaca buku tanpa harus mengeluarkan uang. Tantangan terberat dalam menggiatkan minat hadir dan minat baca di perpustakaan memang berasal dari dunia digital. Tidak dipungkiri, melalui digital ini orang-orang akan mampu mengakses informasi apapun dengan cepat sehingga menyebabkan rasa enggan untuk datang ke perpustakaan.

Maka dari itu, dalam acara bedah buku tersebut dijelaskan bahwa fungsi perpustakaan dan TBM yang selama ini dikenal sebagai tempat untuk belajar, tempat untuk penelitian harus juga memiliki fungsi yang jauh lebih luas dari itu. Saat ini, sudah banyak perpustakaan terutama TBM yang berfungsi sebagai tempat untuk pelestarian nilai dan budaya tradisional seperti yang ada pada TBM Cakruk Pintar, disini pelestarian budaya dan mengenalkannya pada anak-anak masih terus digiatkan seperti bermain egrang, dan permainan tradisional lainnya. Kedepannya, perpustakaan dan TBM juga diharapkan mampu lebih kreatif lagi dalam menggiatkan minat baca agar perpustakaan dan TBM yang jumlahnya sangat banyak tersebut tidak akan mati.

Muhsin Kalida bersama Moh. Mursyid dalam acara tersebut merangkum bahwa hal-hal penting dalam menggiatkan kembali perpustakaan ataupun TBM adalah harus ada SDM yang sadar akan pentingnya membaca, Networking yang luas, furnishing yang cakap dan publishing yang tak kenal lelah. SDM yang mengelola perpustakaan ataupun TBM hendaklah seorang pustakawan, bukan sekedar volunteer sehingga dapat bekerja secara maksimal dalam upaya mengabdikan dirinya di perpustakaan ataupun TBM. Networking dan Furnishing juga perlu, jangan sampai perpustakaan mati hanya karena tidak cukup materi.

Materi bisa saja didapat jika kita punya networking yang luas. Namun, Muhsin Kalida mengatakan bahwa hal tersebut bukan berarti kita harus mengemis meminta kesana-kemari, kita hanya perlu mengemas saja dan meminta bantuan dengan cara yang lebih elegan agar dapat memberikan materi untuk keperluan mengembangkan perpustakaan ataupun TBM. Kemudian, Publishing juga perlu dilakukan sebagai penyebarluasan informasi kepada khalayak. Jika hal-hal tersebut terus digiatkan, maka cita-cita luhur untuk menghidupkan kembali minat baca di perpustakaan ataupun TBM pun akan meningkat.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun