Judul Buku : Berikutnya Kau yang Mati
Pengarang : Arie F Rofian
Penerbit : Moka Media
Tahun: 2015
Tebal : 178 Halaman
Pertengahan tahun 1990 an, ketika mengarungi dunia perkuliahan sebuah acara yang dianggap menyeramkan, menakutkan, mengerikan, mengandung sembilan puluh persen horor tetapi sangat ditunggu-tunggu oleh saya dan rekan-rekan.Acara ini disiarkan oleh sebuah stasiun radio terkemuka di Bandung yaitu Ardan FM dengan mengusung tema Nightmare Side, diperdengarkan setiap Kamis malam puku 22.00-23.00 WIB.
Mengapa saya tidak mengungkapkan seratus persen horor? Alasannya sederhana, karena yang sepuluh persen adalah humor. Pasti anda akan bertanya lagi kenapa sepuluh persen saya anggap humor? Sekali lagi alasannya sangat sederhana karena ada rekan saya yang penakut tetapi tetap kepingin ikut mendengarkan sampai beliau ini menahan kencing karena tidak berani ke kamar mandi sendirian. Jika saya atau rekan lain di kala jedaiklan buang air ke kamar mandi, teman saya yang satu ini segera dengan semangat empat lima mengekor di belakang dan beberapa langkah lagi menuju kamar mandi menyalip tanpa merasa berdosa.
Bicara tentang cerita horor, saya baru saja tuntas melahap sebuah buku karya teman saya, Ari F Rofian yang berjudul Berikutnya Kau yang Mati. Tentu saja sensasi mendengarkan cerita horor di radio dengan di buku akan jauh berbeda. Sebab intonasi dan musik yang mengiringi cerita horor di radio sangat mempengaruhi imajinasi yang terbentuk di dalam pikiran. Sedangkan di dalam buku dipengaruhi oleh bahasa dan kalimat yang digunakan sehingga apabila bahasa dan kalimatnya kurang sreg maka rasa yang ingin dimunculkan pengarang tidak akan dapat dirasakan oleh pembaca.
Buku ini menceritakan bagaimana rangkaian kematian yang dialami tokoh-tokohnya. Dari awal cerita hingga sebelum bab terakhir pembaca akan merasakan bagaimana ngerinya tokoh-tokoh cerita mengalami kematian dengan cara yang berbeda-beda. Saran saya, jangan lewatkan bab demi bab dalam buku ini sebab pembaca akan sangat menikmati akhir dari buku ini apabila lembar demi lembar dilahap sampai tandas. Jika pembaca tidak melakukan ini maka bab terakhir akan terasa kering dan gersang bahkan dapat menjadikan pembaca menjadi linglung.
Mulanya saya menganggap buku ini adalah semacam kumpulan cerpen horor karena dalam setiap tokohnya penulis selalu melebur dalam sudut pandang pertama. Namun anggapan itu langsung hilang setelah menyelesaikan halaman terakhir.Sebagai buku horor, buku ini sangat asyik dibaca bagi anda para pecinta buku horor maupun bukan pecinta buku horor. Selain bahasa ringan, mudah dicerna, dapat dijadikan sebagai bahan uji nyali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H