Mohon tunggu...
Elinus Waruwu
Elinus Waruwu Mohon Tunggu... -

Guru SD sejak 1989 sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biarawan-biarawati adalah Pesona Gereja

21 April 2013   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:50 5975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu Panggilan, 21 April 2013

BIARAWAN-BIARAWATI ADALAH PESONA GEREJA DAN

PENGAMAL SPRITUALITAS INJIL

Di Katedral Santa Theresia Lisieux Sibolga, 21 April 2013 berlangsung Misa Aksi Panggilan. Misa itu dipimpin oleh Pastor Paroki P.Samuel Gulo Pr pada misa kedua dan lebih kurang dua jam dari pukul 09.00 – 11.00 WIB. Pastor Samuel Gulo menyuarakan bahwa biarawan-biarawati adalah pesona gereja dan pengamal spritualitas Injil. Dikatakannya, para biarawan-biarawati itu adalah sekelompok orang yang menghayati Injil berkarya dalam berbagai pengabdian dan pelayanan gereja sesuai bidang yang dikerjakannya. “Saya menyebut para biarawan-biarawati itu adalah pesona gereja karena begitu besarnya sumbangsih yang telah mereka berikan untuk membangun gereja dengan berbagai tugas.” tandas P.Samuel saat memberi kesaksian sebagai pengganti khotbah.

Kegiatan Aksi Panggilan yang dirangkai saat perayaan misa itu berlangsung diawali dengan perarakan dari rumah biara Komunitas Susteran SCMM Hati Kudus jalan Katamso, 12 Sibolga. Tampak beberapa kelompok barisan seperti misdinar, para misionari cilik yang berperan sebagai suster, bruder, frater, pastor, bahkan tiga orang mengenakan baju mirip uskup. Menyusul barisan biarawan-biarawati, dan ditutup barisan belakang P.Samuel Gulo Pr yang memimpin perayaan misa. Petugas liturgi saat itu terlibat aktif para kaum muda yang disebut OMK, dan sekitar seribuan umat turut ambil bagian memenuhi gereja mengisi balkon lantai dua Katedral.

Usai bacaan I, II, dan Injil tampil tiga orang perwakilan mewakili tiga orang biarawan-biarawati menyampaikan kesaksian. Sebelum ketiga orang memberi kesaksian, para misionaris cilik diminta tampil berdiri di depan menghadap umat. Pertama, Suster dari kongregasi SCMM Hati Kudus Sr.Christela Tampubolon SCMM memberi kesaksian dengan membacakan sejarah singkat apa dan siapa kelompok biarawati SCMM. Dikatakan, pada awalnya seorang Pastor melihat kemiskinan lalu iba dan mendirikan kelompok pelayananitu yang dikenal dengan sebutan SCMM seturut teladan Maria. Tujuan SCMM salah satunya adalah membawa kebebasan bagi kaum miskin dan memberi keselamatan. Untuk mencapai tujuan itu maka perlu mewujudkannya dalam misi , yaitu membina wanita religius (masuk biarawati). Lewat berbagai kegiatan seperti pendidikan dan kesehatan, SCMM mewujudkan cinta kasih tanpa pamrih, membangun semangat rohani seturut teladan Maria.

Kedua, tampil mewakili biarawan dari Ordo Kapusin yang diwakili oleh Bruder Leo Pold Hura OFM Cap. Dijelaskannya, ada beberapa kelompok Ordo yang tumbuh banyak di berbagai tempat, dan salah satunya adalah ordo kapusin. Karya-karya Ordo Kapusin berbagai macam, hidup sebagai biarawan khusus laki-laki dengan menghayati Injil sebagai landasan rohani dalam ketaatan, kemiskinan, dan kemurnian. Dalam Ordo Kapusin itu ada yang disebut bruder dan frater yang artinya sama yaitu saudara. Anggota Ordo Kapusin sebelum menjadi Pastor itulah yang dipanggil frater, dan kemudian setelah menjadi Imam disebut Pastorberperan bisa memimpin perayaan Misa. Karya-karya Ordo Kapusin beraneka ragam sesuai keahlian, ada yang memiliki keahlian seperti bruder lalu bekerja sebagai tukang perabot, arsitek, guru, dan lain-lainnya. Sebagai biarawan tentu saja mengedepankan hidup rohani wajib ikut Ibadat Harian minimal tiga kali sehari. “Pagi jam enam, siang jam duabelas, dan sore jam delapanbelas tigapuluh. Bahkan, ada doa penutup malam. Kegiatan rutin dan teratur itu membuat biarawan dari Ordo Kapusin terikat dengan keseharian dan tidak bisa bebas seperti awam dalam mengatur waktunya, inilah rutinitas pilihan hidup sebagai biarawan di Kapusin.” jelas Saudara Leo.

Penampilan Kesaksian Ketiga, dari biarawati OSF. Ordo ketiga regular itu diwakili oleh Suster Leone Tarigan OSF. Senyuman Suster Leone ini membuat umat tersenyum karena penampilan aksi kekhasannya yang lucu, lemah lembut dalam bertutur kata. Ceritanya sungguh mengalir, menarik dan tanpa teks. Suster Leone mengawali cerita nyata yang dialaminya hingga mau menjadi biarawati yang disebut suster. Katanya, “Sayamelihat di biara waktu itu setiap pagi, siang dan sore para suster selalu berkumpul berada di kapel. Dalam hati saya bertanya, ada apa rupanya suster-suster itu? Saya penasaran dan bertanya, rupanya mereka rajin berdoa. Nah saat itulah saya mulai tertarik dan ingin menjadi biarawati.”Maka Suster Leone pun menggugah hati umat yang hadir siang itu, dia menutup kesaksian setelah bercerita tentang karya dan kerasulan dalam spritualitas Fransiskan. Dia bertanya, “Masih adakah di hatimu panggilan Tuhan, untuk melayani sesama? Kalau ya, masuklah biarawati menjadi suster seperti saya. Silahkan pilih boleh ordo ketiga regular ataupun kongregasi SCMM. Atau kelompok biarawan-biarawati lainnya. Semoga masih ada yang mau.” katanya dan umat tersenyum-senyum tanda senang.

Pastor Samuel Gulo Pr yang menutup rangkaian acara kesaksian seperti promosi panggilan itu, menekankan bahwa kelompok biarawan/ti tugas utama dalam pelayanannya mengamalkan spritualitas dan menghayati panggilan dalam menjalankan Sabda Tuhan (Injil). Sengaja ditampilkan misionaris cilik seperti telah dihadirkan dan berdiri di hadapan umat. Tujuan yang diharapkan dari rangkaian kegiatan itu agar anak-anak di masa yang akan datang tumbuh sebagai harapan gereja dan mau terpanggil. “Akhir-akhir ini minat kemauan akan panggilan menjadi biarawan/ti semakin sedikit bila dibanding dengan profesi lain seperti menjadi dokter, guru, dan lain sebagainya. Maka sengaja kita tampilkan mereka agar tumbuh benih panggilan sejak dini atau saat masih kecil. Mudah-mudahan umat dapat merasakan harapan, niat, dan keinginan hati kita bersama yaitu mewujudkan pesona gereja yang mandiri, solider, dan membebaskan.” pesannya kepada seluruh umat yang hadir.

Kata-kata Injil mengena juga di hati umat beriman, di mana Yesus berkata, “domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.(Yoh 10:27).

Liputan Khusus Elinus Waruwu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun