Pesan Festival Sastra Migran Hong Kong
[caption caption="Festival Sastra Migran Indonesia V (foto elin)"]TERIK matahari membakar negeri seribu beton di Minggu (18/10). Dengan langkah penuh semangat saya menyusuri jalanan ramai, meski jarum jam belum menunjuk angka 08.00 pagi. Ini pemandangan biasa dan selalu saya jumpai di setiap hari minggi dan hari libur lainnya. Tidak sampai satu jam, saya sudah tiba di KJRI Hong Kong, beralamat Leighton Road No. 127 – 129, Causway Bay.
Tampak, halaman depan gedung perwakilan Indonesia itu sudah dipadati para tamu dan undangan lain. Pertanda tidak lama lagi acara Festival Sastra Migran Hong Kong dimulai.
Festival Sastra Migran Hong Kong diselenggarakan berkat kerja sama forum Lingkar Pena (FLP) Hong Kong, BRI, BNI, Bank Mandiri, Jennan Jasa Paket, Berita Indonesia dan Apa Kabar serta CahayaQu. Para peserta merupakan kaum migran Indonesia yang bekerja di Hong Kong.
Festival dengan tema Nasionalisme dalam Sastra Migran Indonesia dan motto “berpikir saja tidak cukup, gunakan penamu untuk berjuang” ini menghadirkan sekitar 150 BMI. Sekiranya membawa pesan agar kaum migran bijaksana memanfaatkan waktu luang dan libur secara bertanggung jawab. Sekaligus, kaum migran tidak terbawa oleh arus negatif dalam kehidupan dan pergaulan. Hendaknya menggunakan waktu luang dengan hal – hal positif seperti menulis.
Ibu Helena, selaku Konsulat Dinas Sosial dan Budaya KJRI, dalam sambutanya mengatakan, bangga dengan adanya forum lingkar pena ini. Lanjutnya, kerja sama yang baik dengan forum ini akan melahirkan generasi – generasi penulis muda yang potensial dan berbakat. Ia pun berharap, dalam waktu dekat akan membuka perpustakaan KJRI guna memberi lebih banyak manfaat bagi para BMI yang hobi membaca dan menulis. Di akhir sambutannya, Ibu Helena berpesan supaya BMI lebih tekun dan semangat dalam menulis hingga melahirkan karya – karya baru dalam sastra.
Festival yang digelar di ruang Ramayana Lt. 2 gedung KJRI ini menampilkan pemateri tunggal Habiburrahman El Shyrazi.(Kang Abik) penulis novel Ayat – Ayat Cinta. Kang Abik mengapresiasi semangat para Buruh Migran Indonesia untuk terus belajar menggunakan waktu luang dari kesibukan bekerja dengan menulis. Kembangkan diri dengan menulis, pesannya.
Menurut Kang Abik, ketika politik buntu, negara gaduh hanya sastra yang bisa menenangkannya. Sastra itu indah. Sastra itu penting. Sepanjang sejarah, untuk pertama kali di Indonesia terdapat 10 film terbaik dengan penonton terbanyak semua diangkat dari karya sastra (novel). Tiga di antaranya, Ayat – Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan Laskar Pelangi.
Juga Kang Abik mengapresiasi sebesar – besarnya kepada KJRI Hong Kong yang selalu mendukung dan bekerja sama demi suksesnya acara ini. FLP merupakan salah satu sarana pengkaderan para penulis muda. Boleh dikatakan, dari segi jumlah ini forum lingkar pena terbesar di dunia.
Tepukan tangan penuh kegembiraan pun meriuh di ruangan Ramayana itu. Lanjut Kang Abik, ada beberapa kelompok FLP di Indonesia yang bekerja sama dengan Pemda dan Kampus. FLP tersebar di beberapa propinsi. Jumlahnya kurang lebih 30 – 100 orang. Total anggota 10.000 lebih orang.