Kalimat seperti, "Tidak apa, Bu. Mengurus bayi juga lelah. Suami istri harus saling membantu. Ibu tidak perlu khawatir. Aku sudah dewasa dan kami bisa kok saling menjaga", bisa menenangkan hati orang tua. Sayangnya, tak semua anak mampu berkata manis pada orang tua. Jangankan membujuk, berkomunikasi dengan santun, sambil menatap mata saja belum tentu semua anak bisa.Â
Begitu juga sebaliknya, ketika mertua menegur menantu karena suatu hal, maka si anak bisa menjelaskan dan meminta pengertian dari pasangannya. Bersikap sebagai penengah dalam hubungan rumah tangga seperti ini memang melelahkan. Namun, sikap ini bisa membuat pihak mertua dan menantu sama-sama dihargai.
Ketiga, menantu yang acuh dan kekanakan. Ketika seseorang telah menjadi menantu, maka dia sudah menjadi bagian dari keluarga tanpa hubungan darah. Posisi ini juga tak kalah sulit, baik itu bagi menantu perempuan maupun lelaki.
Bergaul dalam keluarga yang kebiasaan, nilai, dan kepribadian yang berbeda dengan lingkungan kita sebelumnya adalah tantangan tersendiri dalam hidup berumah tangga. Apalagi adanya pihak ipar dan keluarga besar pasangan, yang terkadang sifat dan komentarnya bisa saja di luar prediksi. Meskipun begitu, kita dituntut untuk menjaga hubungan baik karena kini kita telah menjadi bagian keluarga.
Bukan berarti kita harus menjadi menantu yang baik nan budiman, tapi cukup bisa menempatkan diri. Menyadari bahwa pasangan memiliki orang tua yang mungkin masih membutuhkan perhatian dan bantuan. Memahami bahwa kita tak bisa selalu menjadi prioritas dalam setiap urusan.
Misalnya saat mertua minta diantarkan pasangan untuk menjenguk sanak saudaranya, sementara kita ingin menikmati waktu berakhir pekan. Sudah pasti ada rasa lelah dan sedikit berat, namun tidak ada salahnya bila sekali-kali kita mengalah. Kita bisa mengubah rencana liburan untuk selanjutnya.
Sejatinya tidak ada kehidupan rumah tangga yang sempurna. Konflik mertua-menantu mungkin akan menjadi sebagian kecil cerita. Cukup berusaha untuk tidak menjadi oknum yang memaksakan kehendak atas nama sayang, oknum yang membiarkan kesalahpahaman antara orang tua dan pasangan, serta oknum yang selalu ingin dinomorsatukan.Â
Mencoba menghindari konflik tidak selalu buruk, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H