Mohon tunggu...
Elin Moevid
Elin Moevid Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Hanya seseorang yg sibuk duniawi dan rindu menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Berganti Tagar, Semoga Tidak Ganti Fokus

12 April 2019   21:34 Diperbarui: 12 April 2019   22:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "Stop Bullying" [pixabay]

Masih Audrey
Usai meramaikan dunia maya dengan suara keadilan lewat #JusticeForAudrey hari Selasa lalu (9/4), hari Jumat ini (12/4) sudah berganti pula tren warganet menjadi #AudreyJugaBersalah.

Simpang siur kronologis perkara, adanya pengumuman terkait hasil visum, serta perbedaan pengakuan korban dan pelaku menjadi dasar munculnya keraguan di benak warganet. 

Selain berganti tagar, kasus Audrey ini memang unik. Saat petisi sudah menyebar ke segala penjuru Indonesia, artis Indonesia pun ikut bersuara. Sebut saja Ifan 'Seventeen' dan Ria Ricis yang telah berkunjung ke rumah sakit untuk melihat kondisi korban secara langsung. 

Terkait dukungan penyebaran #JusticeForAudrey, tak sedikit artis yang menyuarakannya melalui akun media sosial, seperti Awkarin dan Prilly Latuconsina. 

Lucunya, di saat ada pihak yang bersuara mendukung, maka ada pula pihak lain yang mencemooh. "Untuk meningkatkan pamor" misalnya. Sementara saat seorang youtuber berniat mengunjungi korban, maka ada pula yang menuduh untuk meningkatkan jumlah penonton kanalnya. 

Tak hanya itu, beberapa cuitan di twitter menyebutkan ini bagian dari April Mop, ada Ratna Sarumpaet junior, ada pula yang menyesal telah menandatangani petisi. Sementara di sisi lain, ada yang mencela dan meragukan siapa penyebar tagar baru tersebut. 

Setop, Jangan Gagal Fokus
Setiap orang tentu ingin mengetahui kebenaran dari kasus ini. Namun sungguh tak pantas jika kesimpangsiuran kasus ini membuat lupa tentang apa yang seharusnya dibenahi. Jangan sampai gara-gara kasus ini telah ramai di media sosial dengan berbagai pendapat membuat kita jenuh dan melupakannya. 

Terlepas dari berbagai pendapat tentang penganiayaan yang dilebih-lebihkan, sudah ada fakta bahwa perundungan siswa sekolah saat ini tak sebatas verbal, namun menyentuh ranah fisik. Kasus ini juga mengungkap fakta bahwa komunikasi melalui media elektronik mampu memicu konflik yang tidak sederhana. Belum lagi keberanian remaja perempuan untuk menggunakan kekerasan dan kurangnya rasa empati antar sesama. Fakta tersebut berlaku bagi kedua belah pihak, korban dan pelaku. 

Perundungan di Sekolah
Perundungan di sekolah selain dipicu oleh perselisihan, dapat juga terjadi karena adanya pihak yang merasa 'lebih dari yang lain' atau 'menganggap rendah orang lain'. Umumnya, anak yang menjadi sasaran perundungan adalah mereka yang dianggap berbeda dari yang lain.

Misalnya, memiliki keterbatasan fisik (berkacamata, kelebihan berat badan, pendek, penyandang difabel); dianggap lemah dan tidak berani melawan; memiliki sedikit teman; atau tampak kikuk dan tidak percaya diri.

Beberapa kondisi tersebut tentu bukanlah patokan. Anak dengan ciri tersebut belum tentu menjadi sasaran, dan sebaliknya, anak tanpa kondisi tersebut juga dapat menjadi sasaran perundungan. 

Sementara itu, anak yang melakukan perundungan biasanya memiliki kekuatan sosial. Misalnya saja disegani karena tampak percaya diri dan mampu mengatur yang lain.

Bisa juga pelaku adalah mereka yang agresif tanpa adanya latar belakang status sosial; memiliki masalah keluarga; atau memiliki geng/teman lain yang melakukan perundungan. Kondisi ini, sekali lagi, hanyalah kesimpulan dari kasus pada umumnya, bukan teori.   

Mencegah Perundungan
Ada satu k-drama yang langsung teringat di benak saya saat kasus ini muncul, "The Queen's Classroom". Kisah ini awalnya bergulir dengan sederhana karena mengangkat kisah seputar anak SD dalam satu kelas.

Kasus perundungan muncul di antara teman yang awalnya akrab dan baik-baik saja. Ternyata, sang wali kelaslah yang memang sengaja memunculkan berbagai konflik dalam kelas dan membuat muridnya terpecah. 

Dari serial ini saya belajar bahwa anak, sedini mungkin, harus diajarkan tentang perbedaan. Lingkup anak mengenal lingkungan tentulah dari keluarga awalnya, lalu tetangga, dan sekolah. Jika anak tak dibekali dengan pengertian bahwa ada berbagai 'macam manusia', anak akan merespon setiap perbedaan dengan emosi yang tidak matang.

Contoh sederhana, perbedaan fisik. Akan ada teman yang mungkin memiliki keterbatasan/perbedaan fisik yang mencolok. Anak yang sudah memahami perbedaan akan menganggapnya biasa saja. Sementara yag lain, akan membesar-besarkannya di depan teman yang lain.

Dari perbedaan inilah anak juga akan mengenali diri sendiri. Jika anak sudah mengetahui kelebihan dan kelemahannya, anak akan belajar untuk percaya diri, sehingga lebih siap menghadapi persaingan dan pergaulan. Anak juga akan belajar menghargai orang lain dengan segala kelebihan dan kelemahannya. 

Poin penting lainnya adalah keterlibatan orang dewasa. Menjalin komunikasi dengan tidak menjadi orang tua otoriter dan menyediakan waktu berkualitas dengan anak akan membuat anak terbuka. Dengan keterbukaan ini, orang tua mampu mendeteksi dini jika ada masalah dalam lingkungan anak. 

Dalam proses tumbuh kembangnya di sekolah, tentu anak akan berangsur dewasa dengan menyelesaikan konfliknya sendiri. Itulah sebabnya, orang tua juga harus paham porsinya kapan harus sebagai pendengar saja dan kapan harus mulai bertindak. 

Pada intinya, kasus perundungan di sekolah tentu bukan hanya masalah anak-anak, tapi juga masalah bagi orang dewasa. Dan semoga dengan kasus Audrey ini juga mampu mendewasakan masyarakat sebagai orang dewasa. 

Referensi:

Who is at risk ofbeing bullied

Why some kids aremore likely to be bullied

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun